-->

Penyebab Final Hidup Pada Murai Kerikil Bakalan/Muda Hutan (Mh)

Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MB) masih menjadi pilihan bagi para penggemar Murai Batu lantaran harganya yang relatif murah.

Karena cita-cita untuk mempunyai Murai Batu (MB) dengan harga yang murah, maka banyak penggemar Murai Batu mengabaikan resikonya.

Permasalahan utama ketika kita merawat Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MH) yaitu resiko kematian yang sangat tinggi lantaran kita tidak tahu dengan cara apa Murai Batu tersebut ditangkap atau separah apa kondisi mental dan fisiknya ketika kita beli.

Beberapa penyebab kematian pada Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MH):

• Murai Batu (MB) bakalan tersebut merupakan hasil pancingan.

Ini yaitu perkara yang paling banyak dijumpai pada Murai Batu (MB) bakalan tangkapan hutan, lantaran Murai Batu hasil pancingan hampir sanggup dipastikan tidak akan sanggup bertahan hidup lebih lama.

Oleh lantaran itu kalau kita berniat membeli Murai Batu (MB) bakalan, usahakan membelinya ditempat penjual yang sudah kita kenal baik atau yang sudah terpercaya yang berani menawarkan jaminan bahwa burung yang dijualnya bukan merupakan hasil pancingan.

Sebelum membeli Murai Batu (MB) bakalan, sebaiknya kenali dulu ciri-cirinya, antara lain:

- Murai Batu (MB) hasil pancingan cenderung tidak akan mengeluarkan bunyi ketrekan, hal itu dikarenakan adanya luka di tenggorokannya.

- Murai Batu (MB) hasil pancingan cenderung mengalami penurunan nafsu makan yang disebabkan lantaran efek luka didalam rongga lisan atau tenggorokannya. Jdi hati-hati, sebaiknya jangan menentukan Murai Batu bakalan yang tidak tertarik terhadap ekstra fooding (EF).

- Coba minta jangkrik kepada penjualnya untuk diberikan pada Murai Batu (MB) bakalan yang dijualnya, lantaran biasanya kalau penjual tersebut mengetahui Murai Batu bakalan yang dijualnya yaitu hasil pancingan maka ia tidak akan mengizinkan kita untuk menawarkan pakan berupa jangkrik pada Murai Batu bakalan yang dijualnya.

Karena kalau Murai Batu (MB) bakalan hasil pancingan diberikan jangkrik, maka jangkrik tersebut kemungkinan besar akan tersangkut pada mata kail yang masih tertinggal didalam tenggorokan Murai Batu tersebut, dan akan menjadikan kematian ketika itu juga. Karena itulah, rata-rata Murai Batu bakalan hanya diberikan pakan berupa ulat hongkong (UH) semoga sanggup bertahan hidup lebih usang ditempat penjualnya.

Cara menangkap Murai Batu (MB) dengan memakai mata pancing dengan umpan berupa jangkrik banyak dilakukan diwilayah Bengkulu, Jambi, dan Lampung, artinya Murai Batu yang berasal dari wilayah-wilayah tersebut kemungkinanya besar dari hasil pancingan.

• Kondisi sangkar yang terlalu kotor

Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MH) yang gres dibeli dan sedang di ajarkan untuk ngevoer biasanya oleh pemiliknya dikondisikan dalam keadaan full krodong dengan tujuan semoga tidak stres.

Padahal kondisi tersebut sangat beresiko bagi Murai Batu (MB) bahan/bakalan kalau tidak dipantau secara kontinyu. Sirkulasi udara yang kurang higienis didalam sangkar yang dikerodong juga sanggup mengakibatkan Murai Batu terserang virus yang berasal dari kotorannya sendiri.

Kandang yang selalu dikrodong (full krodong) juga sanggup menjadikan kita lupa untuk memantau kondisi air minumnya. Padagal Murai Batu (MB) yang sedang dalam proses pengevoeran memerlukan air minum higienis yang harus diganti setiap hari, alasannya yaitu proses mengevoerkan Murai Batu bahan/bakalan akan menciptakan air minumnya cepat menjadi kotor lantaran sisa-sisa voer halus yang menempel pada paruhnya akan larut dalam air minumnya dan kalau tidak rutin diganti setiap hari sanggup terserang kuman yang sanggup mengakibatkan Murai Batu bakalan menjadi sakit.

Jadi, untuk meminimalisir resiko kematian pada Murai Batu (MB) bakalan, sebaiknya jagalah kebersihan sangkar dan cepuk air minumnya selama proses pengevoeran.

• Kotoran yang menempel pada duburnya

Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MH) sering mengeluarkan kotoran berupa cairan yang pekat dan lengket. Kotoran tersebut sering sekali menempel dan mengering pada bulu-bulu halus disekitar duburnya dan lama-kelamaan sanggup menyumbat jalan masuk pembuangannya yang akan mengakibatkan Murai Batu tidak sanggup buang kotoran sehingga sanggup menjadikan kematian.

Solusinya, tangkap Murai Batu (MB) bakalan tersebut dan bersihkan penggalan duburnya dari kotoran yang menempel dengan cara membasuhnya dengan air. Jika kotorannya sulit dibersihkan lantaran sudah mengeras, kita sanggup memotong bulu-bulu disekitar duburnya memakai gunting secara hati-hati semoga tidak melukai penggalan kulitnya.

• Cuaca ekstrim/musim pancaroba

Kondisi cuaca yang tidak menentu, sebentar panas, dan sebentar hujan akan mengakibatkan perubahan suhu yang ekstrim yang sanggup mengakibatkan Murai Batu (MB) menjadi sakit dengan ciri-ciri selalu nyekukruk dan lesu.

Hal itu berarti Murai Batu (MB) tersebut belum sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan cuaca ekstrim dilingkungan barunya, dan kalau tidak segera ditangani maka sanggup berakibat fatal bahkan sanggup hingga mengalami kematian.

Solusinya, kalau kondisi cuaca sedang tidak menentu, usahakan untuk menempatkan Murai Batu (MB) diruangan yang hangat atau sanggup memakai penerangan dari bolam lampu untuk menciptakan suhu menjadi lebih hangat dan stabil.

:

Tips menentukan Murai Batu bakalan/muda hutan yang bagus

Pakan wajib untuk Murai Batu bahan/bakalan semoga cepat bunyi

Terapi untuk mengatasi Murai Batu macet bunyi

Demikian sedikit info wacana "Penyebab kematian pada Murai Batu bakalan/muda hutan (MH)". Untuk info lain seputar Murai Batu (MB), sanggup dibaca pada artikel yang lain.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Penyebab kematian pada Murai Batu (MB) bakalan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel