Budidaya Burung: Penghasilan 5 Juta Perbulan Itu Didapat Dari Ternak Kutut Kropyok
Siapa setia pelihara yang kecil , beliau akan dibesarkan. Siapa berimajinasi raih kebesaran , beliau akan dikerdilkan. Itu tips jitu peternak perkutut kropyok (kelas ekonomi). Pepatah bilang , bertahap lama-lama jadi bukit.
Fajar , warga Saradan Madiun sudah membuktikan. Dengan aset 100 pasang indukan , tiap bulan , laki-laki ini sanggup maraup penghasilan Rp 2 juta bersih. Besaran penghasilan tidak mengecewakan besar untuk dosis peternak kecil yang hidup di pinggiran hutan Saradan.
Penghasilan itu masih ditambah dengan rejeki tiban (rejeki tak terduka). Yakni , manakala dari sangkar ternaknya itu timbul piyik perkutut dengan mutu bagus. Ini mengingat tidak semua bahan indukan yang dimiliki bermutu kropyok. Terdapat beberapa pasang indukan trah burung kampiun. Meski , Fajar sendiri mengaku bahan indukan itu dibeli dengan harga mutu kropyok.
“Sejak buka sangkar saya memang bertujuan ternak kutut kropyok. Tidak terlalu pusing. Asal sanggup telur , netas , jadilah duwit. Tidak perlu pusing-pusing pantau ita-itu ,” ujarnya.
Sutrisno , warga Munggut , Kabupaten Madiun , lebih-lebih. Begitu berhasrat ternak perkutut kroyok , beliau pribadi buka ratusan kandang. Dalam beberapa tahap , sekarang sangkar ternaknya meraih 450 pasang perkutut.
Tentu , penghasilan berkala bulanan yang didapat pun lebih tinggi. Sekali panen , karyawan PDAM Kabupaten Madiun itu sediktinya sanggup mengantongi laba higienis Rp 5 juta.
Perhitungan acaknya , dari 450 pasang indukan , sebulan sanggup keluarkan piyik 250 ekor. Satu ekor piyik kropyok dijual seharga Rp 20 ribu. Totalnya , 250 X Rp 20 sama dengan Rp 5 juta.
Untuk ongkos perawatan dan honor seorang perawat , cukup diambilkan dari hasil pemasaran piyikan perkutut mutu sedang secara eceran. Sebab , Sutrisno juga menyelipkan bahan indukan bermutu di antara sangkar ternak perkutut kroyoknya itu.
ang sebesar itu , boleh dikatakan tiba sendiri. Seorang pengepul dari Yogyakarta , saban bulan setia mengambil produksinya. Kalau tidak dari Yogyakarta , sejumlah pedagang burung setempat juga berkala kulakan.
Seperti Fajar , Sutrisno mengaku menekuni ke ternak perkutut murni bisnis. “Saya sebenarnya tidak begitu paham perkutut. Makanya yang saya geluti ternak perkutut kropyok ,” katanya.
Lantaran , opsi segmen pasarnya di level bawah , kontruksi kandangnya pun diseleksi kontruksi sangkar tumpuk. Dengan ukuran mungil. Yakni , panjang 50 cm , tinggi tinggi 50 cm dan lebar 45 cm. Serupa sangkar burung ocehan.
Kandang pembiakan itu dibentuk berjejer , dan dipasang di tembok dengan metode bertingkat-tingkat. Untuk sajian pakannya , digunakan adonan foor ayam dan sedikit millet.
Dengan inovasi paling pragmatis kayak gitu , terbukti Sutrisno rauop penghasilan pemanis sekitar Rp 5 juta per bulan.
BURSA & KONSULTASI PERKUTUT CALL HP 081 335 596 811
Fajar , warga Saradan Madiun sudah membuktikan. Dengan aset 100 pasang indukan , tiap bulan , laki-laki ini sanggup maraup penghasilan Rp 2 juta bersih. Besaran penghasilan tidak mengecewakan besar untuk dosis peternak kecil yang hidup di pinggiran hutan Saradan.
Penghasilan itu masih ditambah dengan rejeki tiban (rejeki tak terduka). Yakni , manakala dari sangkar ternaknya itu timbul piyik perkutut dengan mutu bagus. Ini mengingat tidak semua bahan indukan yang dimiliki bermutu kropyok. Terdapat beberapa pasang indukan trah burung kampiun. Meski , Fajar sendiri mengaku bahan indukan itu dibeli dengan harga mutu kropyok.
“Sejak buka sangkar saya memang bertujuan ternak kutut kropyok. Tidak terlalu pusing. Asal sanggup telur , netas , jadilah duwit. Tidak perlu pusing-pusing pantau ita-itu ,” ujarnya.
Sutrisno , warga Munggut , Kabupaten Madiun , lebih-lebih. Begitu berhasrat ternak perkutut kroyok , beliau pribadi buka ratusan kandang. Dalam beberapa tahap , sekarang sangkar ternaknya meraih 450 pasang perkutut.
Tentu , penghasilan berkala bulanan yang didapat pun lebih tinggi. Sekali panen , karyawan PDAM Kabupaten Madiun itu sediktinya sanggup mengantongi laba higienis Rp 5 juta.
Perhitungan acaknya , dari 450 pasang indukan , sebulan sanggup keluarkan piyik 250 ekor. Satu ekor piyik kropyok dijual seharga Rp 20 ribu. Totalnya , 250 X Rp 20 sama dengan Rp 5 juta.
Untuk ongkos perawatan dan honor seorang perawat , cukup diambilkan dari hasil pemasaran piyikan perkutut mutu sedang secara eceran. Sebab , Sutrisno juga menyelipkan bahan indukan bermutu di antara sangkar ternak perkutut kroyoknya itu.
ang sebesar itu , boleh dikatakan tiba sendiri. Seorang pengepul dari Yogyakarta , saban bulan setia mengambil produksinya. Kalau tidak dari Yogyakarta , sejumlah pedagang burung setempat juga berkala kulakan.
Seperti Fajar , Sutrisno mengaku menekuni ke ternak perkutut murni bisnis. “Saya sebenarnya tidak begitu paham perkutut. Makanya yang saya geluti ternak perkutut kropyok ,” katanya.
Lantaran , opsi segmen pasarnya di level bawah , kontruksi kandangnya pun diseleksi kontruksi sangkar tumpuk. Dengan ukuran mungil. Yakni , panjang 50 cm , tinggi tinggi 50 cm dan lebar 45 cm. Serupa sangkar burung ocehan.
Kandang pembiakan itu dibentuk berjejer , dan dipasang di tembok dengan metode bertingkat-tingkat. Untuk sajian pakannya , digunakan adonan foor ayam dan sedikit millet.
Dengan inovasi paling pragmatis kayak gitu , terbukti Sutrisno rauop penghasilan pemanis sekitar Rp 5 juta per bulan.
BURSA & KONSULTASI PERKUTUT CALL HP 081 335 596 811