Mayang Seto Berpredikat Best Of The Best
Mayang Seto Sandang Predikat Best Of the Best
Akankah Dominasi Narasoma Bakal Berakhir
Kanya Seto, derkuku orbitan H.Loekman Surabaya sempat mencuri perhatian dekoemania ketika dinobatkan sebagai burung Best Of the Best (BOB) dalam gelaran Lomba Seni Suara Burung derkuku TGR Cup I Wates Kediri, Minggu 01 Juli 2018. Panitia menyatakan bahwa santunan predikat selaku peraih BOB dihasilkan dari musyawarah yang dijalankan antara juri dan koordinator juri.
Meski sempat menjadi pertanyaan beberapa dekoemania ihwal derma predikat BOB, namun hal itu tidak sampai menimbulkan dilema. Dikerek pada nomor 67, Virgo Seto yang merupakan derkuku ternakan B2W Bird Farm Yogyakarta dinilai pantas menyandang burung Best Of the Best. Tampil disisi pinggir lapangan, Virgo Seto pada gelaran TGR Cup I Kediri menjangkau posisi runner-up di Kelas Senior.
Beberapa juri dan koordinator juri yang dimintai komentar mengatakan bahwa Narasoma yang dikerek pada nomor 64 memang pantas menjadi juaranya. “Burung para kerekan 64 memiliki kualitas anggun dan tingkat kestabilan yang sulit dimiliki burung lain, makanya patut untuk menjadi juara pertama,” terperinci Arif koordinator juri asal Kertosono Jawa Timur.
Totok, juri asal Tulungagung Jawa Timur mengakui kecanggihan Narasoma. “Burung ini kalau makin panas, maka performanya kian menggila, tingkat kestabilannya luar biasa,” kata Totok. Meski Narasoma dinobatkan sebagai juara pertama di Kelas Senior, tetapi bekerjsama ada burung yang memiliki peluang untuk mampu meraih hal yang serupa.
Menurut Arif, bahu-membahu ada burung yang bisa menjadi lawan imbang Narasoma, namun kurang gacor. “Burung pada kerekan 67 bergotong-royong bagus, tapi kurang gacor dan aku lihat mampu jadi pesaing berat burung pada kerekan 64,” lanjut Arif. Ali, koordinator asal Yogyakarta mengaku bahwa burung yang dikerek pada nomor 67 (Sunbulat Seto), tidak kalah bagusnya.
“Burung dikerekan 67 saya kira memiliki prospek cantik untuk menjadi juara, sayang burung tersebut kurang gacor,” jelas Ali. Dari pantauan juri selama berada di dalam lapangan, bahwasanya ada burung-burung yang mempunyai harapan manis, namun kondisinya belum optimal. “Banyak burung anggun, tetapi kurang maksimal pernampilannya,” imbuh Ali.
Diakui oleh H.Loekman bergotong-royong selama ini Virgo Seto telah pernah diturunkan di arena kontes, tetapi belum kerja optimal. “Kanya Seto serign saya turunkan di arena lomba, tapi kadang bunyi, kadang pula tidak mau suara, baru kali ini mau tampil meski kurang maksimal,” papar H.Loekman.
Masih menurut H.Loekman kondisi Sunbulat Seto kurang maksimal mungkin disebabkan oleh perawatan yang kurang pas. Ia menyampaikan andai saya Mayang Seto menerima rawatan yang sebetulnya, mungkin performanya akan sangat membanggakan. Informasi yang bisa dihimpung bahwa Virgo Seto lahir dari sangkar B2W K-8 dengan indukan jantan Anak Bodronoyo dan indukan betina Adik Narasoma K-20.
Diakui oleh Sigit Irianto, sebagaipeternak Virgo Seto bahwa burung dengan ring B2W 2299 mempunyai tipe suara letih dan ujung panjang. Namun demikian ujung yg dimiliki Mayang Seto belum seutuh yang dimiliki Narasoma. “Suara ujung Mayang Seto masih ada ngombaknya, saya menyaksikan bunyi angklung dan ujung yg dimiliki Kanya Seto masih menempel darah Bodronoyo,” jelas Sigit Irianto.
Artinya bahwa dalam keadaan sama-sama top form, Sigit mengaku masih menilai Narasoma lebih unggul. Ditambahkan oleh Sigit bahwa Narasoma memiliki kelemahan adalah tak mampu tampil dalam kondisi cuaca mendung. Kenyataan sudah membuktikan bahwa dalam kondisi hambar, Narasoma tak mampu berbuat banyak.
Namun demikian Sigit Irianto mempersilahkan kepada siapapun untuk menganggap burung mana yang pantas dinobatkan selaku juara. Menurutnya tinggal dibuktikan dalam beberapa kontes ke depan, apakah Narasoma akan tetap bertahan selaku jawara tanpa tanding ataukah dominasi ini akan berakhir sesudah kedatangan Kanya Seto.