-->

Sumur Di Makam Troloyo Mojokerto, Konon Jejak Peninggalan Tumenggung Satim Singomoyo Tokoh Majapahit

MOJOKERTO, – Bulan suci bulan mulia, Makam Syekh Jumadil Kubro atau lebih diketahui dengan makam Troloyo di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, ramai dikunjungi selaku lokasi ziarah serta kawasan wisata religi .


Di areal kompleks makam, terdapat sebuah sumur yang diyakini mempunyai banyak khasiat dan memberi berkah bagi mereka yang meminumnya. Ada pula yang mempercayai, bila meminum air sumur tinggalan ini bisa memiliki ketenteraman batin


Konon, sumur itu ialah jejak peninggalan Tumenggung Satim Singomoyo. Tumenggung Satim Singomoyo adalah salah satu tokoh masyarakat pada zaman Kerajaan Majapahit yang kebetulan sudah memeluk agama Islam.


Tumenggung Satim Singomoyolah yang diajak bertukar usulan oleh Syekh Jumadil Kubro, dimana punjer wali songo (wali sembilan) ini pada mulanya sangat kesulitan dalam membuatkan pemikiran Islam di tanah Jawa.


Berkat Tumenggung Satim Singomoyo, dibantu 2 orang santrinya, Raden Husen (Sayid Chusen) dan Immamuddin Sofari, sedikit demi sedikit banyak warga Majapahit yang memeluk Islam.


Menurut salah satu sesepuh desa lokal, Nur Arifin, permulaan didapatkan sumur tersebut tidak berbentuk bulat, melainkan persegi dan terbuat dari batu bata merah. Lama-kelamaan hancur dan mesti direnovasi.


“Sumur itu mempunyai kedalaman 5 meter. Alhamdulillah tidak pernah kering. Mesin diesel penyedot air saja tidak bisa menghabiskan airnya. Kaprikornus luar biasa sumber itu,” katanya dikala mengobrol dengan di depan makam Tumenggung Satim Singomoyo, Kamis (15/04/2021).


Dari cerita yang ia dengar, Sumur itu dipergunakan Tumenggung Satim Singomoyo untuk membasuh paras atau berwudhu.


“Biasanya para peziarah menyempat diri mengambil atau sekadar mencicipi air sumur tersebut. Terkait khasiatnya mampu macam-macam. Yang penting niatnya itu senantiasa ikhtiar meminta apapun kepada Tuhan sesuai iman masing-masinglah. Kalau yakin mampu menyembuhkan penyakit ya tidak apa-apa, namun yang menyembuhkan bukan air, kan begitu,” ungkap Arifin.


Makam Tumenggung Satim Singomoyo berada di sisi selatan makan syekh Jumadil Kubro, tepat dibawah pohon beringin berkuruan besar.


Makam Tumenggung Satin Singomoyo ini dirawat dan bersihkan oleh seorang lansia berjulukan Mbah Sayuti berusia kirasan 70 tahun.


“Dulu yang jaga sumainya sebelum meninggal dunia, sekarang Mbah Sayuti yang meneruskan. Beliau kerasan disini, manti bila sudah dijemput cucunya baru pulang,” jelas Atifin, di samping Mbah Sayuti.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel