-->

Tellasan Topak Asareng Bupati Sumenep, Fauzi Ingatkan Penduduk Waspadai Varian Baru Covid-19

SUMENEP, – Pelaksanaan Hari Raya Ketupat atau yang umum disebut Tellasan Topak oleh warga Madura, dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur, bareng para Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Camat, Pemerintah Desa sampai masyarakat umum secara virtual memalui zoom meeting dan disiarkan secara eksklusif di YouTube channel Kominfo Sumenep, Kamis (21/5/2021).


Pelaksanaan tellasan topak virtual yang didatangi eksklusif oleh Bupati Sumenep, Achmad Fauzi dan Wakil Bupati Nyai Hj. Dewi Khalifah dijadikan momentum untuk bersilaturrahim antara Pemerintah Daerah dan penduduk , termasuk mendengarkan masukan dari aneka macam pihak untuk perbaikan kota keris.


Dalam sambutannya, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi memulai dialog kalem dengan pengantar tradisi lebaran ketupat yang umum dikerjakan penduduk ujung timur pulau Madura, tradisi dan budaya leluhur yang digelar setiap tahun, tepatnya sepekan sehabis idul fitri Idul Fitri yang sudah menjadi kebiasaan umut islam di Madura, Jawa sampai nusantara.


“Pelaksanaan tellasan topak atau disebut juga tellasan terater (mengembangkan atau memberi kepada sesama:Madura) menjadi tradisi kita warga Sumenep dan Madura bahkan Jawa dan Nusantara. Kita lazimmemperingati dengan membuat ketupat lengkap dengan opor ayam untuk dihantarkan ke masjid-masjid maupun musala, warga terdekat dipanggil untuk menikmati santap ketupat bersama, ini cara warga Sumenep membuatkan dengan sesama,” tutur Fauzi, mengawali zoom meeting.


Ketupat sebagai desain dakwah, kata Fauzi, orang yang telah tuntas melaksanan puasa ramadan lalu melakukan sing papat, yaitu membayar zakat fitrah, membaca takbir, sholat Idulfitri dan bersilaturrahim, sudah diterjemahkan selaku rancangan penyederhanaan pengertian pedoman islam.


“Dulu waktu kita masih kecil, orang tua kita mengajak kita bantu-membantu menganyam ketupat, mengisi beras dalam wadah ketupat, itu menjadi satu pembelajaran tradisi yang mesti terus dilestarikan, supaya di kurun modernisasi tradisi leluhur kita tidak terkikis, begitu cara orang renta kita mengajarkan, termasuk memasukkan pesan watak untuk terus merawat tradisi yang ada,” paparnya.


Dalam perkembangannya, lanjut Faizi, perayaan idul fitri ketupat atau kupatan mengalami perubahan sesuai kemajuan zaman, bahkan juga dilaksanakan di sejumlah objek wisata, menikmati hidangan khas ketupat sambil berlibur bareng keluarga.


“Seiring kemajuan zaman, perayaan tellasan topak banyak dikerjakan di sejumlah objek wisata, baik di pantai Slopeng, Pantai Lombang maupun objek rekreasi lainnya, makan di sana sambil merayakan tellasan topak bersama keluarga, bahkan ada yang sampai menyewa kendaraan beroda empat,” sebut politisi muda PDI Perjuangan Sumenep ini.


Di era pandemi Covid-19, lebaran Idul Fitri maupun idul fitri ketupat pun dirasa berlainan dari tahun-tahun sebelumnya. Sehingga Pemda yang secara rutin melaksanakan di sejumlah kawasan rekreasi harus ditiadakan, alasannya faktor kesehatan dan upaya memutus mata rantai penyebaran virus asal wuhan China tersebut menjadi usulanutama.


“Pelaksanaan tellasan topak tahun ini dirayakan secara berlainan oleh masyarakat maupun pemerintah kawasan, karena hukum dan edaran-edaran yang menegaskan larangan berkerumun harus dipatuhi secara tolong-menolong,” imbuhnya.


Dalam peringatan lebaran ketupat tahun ini diimbau untuk melakukan di rumah saja, kendati dikerjakan di luar rumah, maka protokol kesehatan yang telah menjadi tawaran pemerintah hendaknya dipatuhi demi mengantisipasi penyebaran penularan Covid-19.


Bagi pengelola kawasan rekreasi yang diizinkan untuk membuka wisatanya sebab dinilai bisa menerapkan protokol kesehatan, maka persyaratan prokes yang disepakati hendaknya benar-benar diperketat dengan menawarkan akomodasi basuh tangan, hand sanitizer, serta menunjuk petugas pengurai kerumunan massa.


“Itu penting biar turis yang datang terpantau dan tidak berkerumun. Termasuk untuk Kepala Dinas Kesehatan aku perintahkan untuk menawarkan fasilitas pemberian pertama mirip ambulans dan tenaga kesehatan di setiap titik kawasan rekreasi yang ada di Sumenep,” pintanya.


Ihwal masih ada penduduk yang merayakan lebaran ketupat di luar rumah baik di daerah wisata maupun lainnya, diingatkan suami Nia Kurnia untuk mengamati prokes, tergolong bagi para pengelola destinasi wisata guna menyingkir dari penyebaran virus, tergolong munculnya varian gres virus tersebut.


“Beberapa kesepakatan yang telah disetujui bareng tim gugus Covid-19 harus dipatuhi bersama, sehingga penyebarannya dapat ditekan, termasuk munculkan varian gres virus ini,” tegas orang nomor satu di lingkungan Pemkab Sumenep.


 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel