Tilik Sepeda Motor Pertama Indonesia Yang Ada Di Probolinggo
PROBOLINGGO, – Sebagian besar masyarakat barang kali tidak yakin bila sepeda motor pertama di Indonesia ada di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Ya benar, dari kota kecil inilah, sejarah sepeda motor pertama bumi Indonesia dimulai.
Adalah John C. Potter, pemilik sepeda motor pertama kali di Indonesia itu. Pria berkebangsaan Inggris tersebut tinggal di Kota Probolinggo, yang kesehariannya berprofesi sebagai masinis di Pabrik Gula Oemboel (baca Umbul) Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan, Kota lokal.
Dalam buku Krèta Sètan (De Duivelswagen) dikisahkan John C. Potter memesan sendiri sepeda motor tersebut dari pabriknya Hildebrand und Wolfműller di Muenchen, Jerman. Sepeda motor pesanan Potter masuk ke Inonesia 1893, satu tahun sebelum mobil pertama di Indonesia. Kala itu Indonesia masih berjulukan Hindia Timur (Oost Indie)
Motor milik John C. Potter tersebut diciptakan dan dibuat oleh Gotllin Daimler, warga Jerman pada tahun 1885. Sepeda motor yang dibuat pertama kali oleh pabrik Hildebrand und Wolfműller di Muenchen, Jerman tersebut dijalankan dengan mesin bertenaga uap (The Steam Motorcycle) dengan kecepatan maksimal 30 Km per jam.
Kini, sepeda motor tersebut dipajang di Museum Probolinggo, yang kini telah berganti nama Museum Rasulullah. Hanya saja bukan aslinya, tetapi replikanya. Yang asli tersimpan dan dipajang di Museum Mpu Tantular, Kota Surabaya. Ada upaya dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo, untuk diposisikan di Museum Rasulullah.
Namun, upaya tersebut gagal dengan alasan telah menjadi koleksi Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Hal tersebut diugkap kepala Disdikbud Muhammad Maskur, Kamis (5/11/2020) pagi via selulernya.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Pemprov Jatim dan pengurus museum Mpu Tantular. Kami gagal menenteng motor itu,” ujar M Maskur.
Alasannya pemprov khawati barang bersejarah yang dipajang di museum Mpu Tantular tinggal sedikit, bahkan bisa habis. Mengingat, hampir seluruh koleksi di museum yang dimaksud milik pemerintah tempat.
“Pemprov khawatir koleksinya tinggal sedikit kalau diserahkan ke pemerintah tempat. Karena barang yang ada di Mpu Tantular, pada umumnya milik pemerintah daerah,” katanya.
Dengan argumentasi itulah, sehingga M Maskur tidak memaksa. Kini yang dipajang di Museum Probolinggo tetap replikanya, dipajang di beranda atau teras museum. Setelah setengah dari gedung museum dipakai artefak peninggalan Rasulullah dan para sobat, sepeda motor yang dicat serba hitam tersebut, dipajang di antara becak dan sepeda angin kuno.