-->

Budidaya Burung: Dobel Plus Genre Canggih Perkutut Indonesia



Acauan dasar , bunyi perkutut dobel plus terangkai dari tujuh ketukan suara. Yakni , satu bunyi angkatan , lima ketukan bunyi tengah (ketek) dan satu ketukan bunyi ujung. Namun dalam perkembangannya , perumpamaan dobel plus ini dipakai untuk menengarai perkutut yang berbunyi tujuh ketukan atau lebih.

Yang cukup menyusahkan , meski perumpamaan dobel plus dipakai untuk menengarai perkutut yang berbunyi tujuh ketukan atau lebih , khusus untuk perkutut yang berbunyi delapan ketukan , perumpamaan yang dipakai bukan lagi dobel plus namun triple.

Gampangnya , perkutut dobel plus merupakan perkutut yang dapat merangkai bunyi tujuh ketukan dan di atas delapan ketukan atau lebih. Khusus perkutut bersuara delapan ketukan , dinamai tripel. Yakni , satu ketukan bunyi angkatan , enam ketukan bunyi tengah (ketek) dan satu ketukan bunyi ujung.

Contoh , bunyi perkutut dobel plus : hur…ketek…ketek…ke …kung. Atau klaa…ke-tek…ketek…ke…kung. Atau juga waii…ketek…ketek…ke…kung.

Contoh bunyi perkutut tripel : hur…ketek…ketek…ketek…kung.Atau klaa…ke-tek…ke-tek…ketek…kung. Atau juga waii…ke-tek…ke-tek…ke-tek…kung. (Perhatikan , bunyi tengahnya. Perkutut berpola dasar bunyi triple memiliki enam ketukan bunyi tengah , atau tiga kali ketek).

Sedangkan kalau perkutut itu berbunyi di atas delapan ketukan , penggemar lebih cenderung memberi perumpamaan dobel plus.Misalnya , kepada perkutut dengan bunyi sembilan atau sepuluh ketukan.

Barangkali komunitas di luar kongmania , bakal menyampaikan , merupakan tidak mungkin , menjumpai perkutut dobel plus yang memiliki sembilan ketukan atau lebih. Tapi survei lapangan mengambarkan , perkutut jawara tingkat nasional sewaktu ini didominasi perkutut dobel plus.

Sebut umpamanya , “Meteor Selancar” , “Aljazair” , “Mahkota Raja” atau juga “Mandi Laras”. Deretan nama perkutut papan atas Liga Perkutut Indonesia (LPI) itu , merupakan perkuktut yang memiliki huruf bunyi dobel plus.

Bahkan , dalam perkembangannya , nama Meteor , Aljazair , Mahkota Raja dan Mandi Laras , belakangan justru dijadikan ikon perkutut dobel plus. “Basic blood” , peternak perkkutut nasional juga berkiblat ke sini. Maknanya , nama perkutut jawara itu , bisa membentuk genre gres blantika perkutut jawara nasional.

“Awalnya penggemar perkutut phobi , kepada perkutut dobel plus. Perkutut dobel plus dianggap sirikan (pantangan ,red) , ” ujar Lamidi , ketua departemen penjurian P3SI Korwil Jatim. Penyulutnya , perkutut dobel plus umumnya hancur di bunyi ujung. Atau patah (perkutut yang tak punya bunyi ujung -- insya Allah akan kami diskusikan pada edisi selanjutnya ,red). “Tapi kini perkutut dobel plus justru dikejar kongmania ,” lanjut pakar perkutut yang tinggal di Sidoarjo itu.

Seperti halnya perkutut dobel , mutu bunyi tengah dobel plus atau tripel , mesti terang , bertekanan dan lengkap. Tidak “nrithik , jalan atau nyeret”. Istilah yang lebih sempurna , mesti terformat dengan intonasi bunyi yang “miji-miji dan lelah” (berintonasi stabil).

Bagaimana membedakan bunyi ketek “nrithik dan miji-miji”? Praktis banget. Coba ketukkan ujung jari Anda ke meja atau papan. Bentuk ketukan dengan intonasi senggang. Misal , tiap satu detik satu ketukan. Bunyi yang terbentuk dari ketukan ujung jari anda dengan intonasi stabil satu detik itu , boleh dibilang selaku ketukan yang “miji-miji”.

Sekarang , ketukkan ujung jari Anda ke meja atau papan. Intonasinya dibentuk dua hingga tiga ketukan dalam satu detik. Bunyi yang dihasilkan ketukan ujung jari dengan intonasi dua hingga tiga ketikan dalam satu detik itu , bisa dibilang nrithik atau nyeret.(bersambung) andi casiyem sudin

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel