-->

Budidaya Burung: Hindari Bunyi Dobel Nrithik Dan Nyeret



Searah kesuksesan eksploitasi olah ternak burung perkutut , ikon bunyi perkutut bergeser. Awalnya , penghobi lebih menekankan , mutu bunyi perkutut cuma pada contoh dasar “engkel atau genep” (empat ketukan). Sejak paro tahun 90-an , ikon bunyi perkutut bergeser ke contoh dasar bunyi “dobel” (enam ketukan) dan “dobel plus” (delapan ketukan).

Ikon ini , dalam praktinya , lebih dipengaruhi tren pasar.”Rumus ekonomi , di sektor apapun tren pasar bisa mengganti pakem yang telah ada ,” ujar Lamidi , ketua bidang penjurian P3SI Korwil Jatim.

Di periode kejayaan “Susi Susanti” dan “Arung Samudra” serta “Pele” , tahun 80-an , tren pasar perkutut masih didominasi contoh dasar bunyi “engkel” dan “satu setengah”.Masuk permulaan tahu 90-an , ketek dobel mulai digemari.

Kemunculan “Leo Star” perkutut debutan Leo Bird Farm , Tasikmalaya , pelahan tetapi niscaya memindah dominasi contoh dasar bunyi engkel dan satu setengah. “Puncaknya , saat “Misteri Bahari” (burung perkutut milik John Suwandi , Cirebon ,red) , merajai konkurs perkutut nasional ,” terang Lamidi.

Bagaimana sosok contoh dasar bunyi perkutut dobel dan dobel plus? Cermati bunyi anggungan perkutut Anda. Kemudian hitung dengan menekuk jari-jari tangan. Jika perkutut Anda bisa berbunyi enam ketukan atau enam tekukan jari , memiliki arti perkutut itu masuk dalam katagori dobel. Yakni , satu ketukan bunyi angkatan , empat ketukan bunyi tengah atau ketek dan satu ketukan bunyi ujung.

Contoh burung berpola dasar bunyi dobel yakni jikalau perkutut itu dapat mengeluarkan bunyi selaku berikut: hur…ke-tek…ke-tek…kung , atau klaa…ke-tek…ke-tek…kung , atau juga waiii…ke-tek…ketek…kung.

Meski begitu , perlu dikenang , tidak semua perkutut dengan contoh dasar bunyi dobel masuk dalam persyaratan bermutu lomba. Survey berbincang , banyak perkutut berpola dasar bunyi dobel justru bermutu jelek. Penyebabnya , karena bentukan bunyi ketek tersebut , tidak betekanan , lengkap dan jelas.

Dalam praktik , ada beberapa macam contoh dasar perkutut bersuara dobel. Antara lain , dobel “nrithik”. Istilah ini diberikan pada perkutut yang memiliki ketek dobel , tetapi intonasinya cepat , kurang terang dan tidak lengkap.

Kedua dobel “nyeret” , artinya bunyi tengahnya lebih kencang lagi , sampai tak bisa membentuk ketukan. Ketiga , dobel jalan , yakni , bentukan bunyi tengahnya agak lamban tanpi kurang bertekanan dan jelas.

Keempat dobel “lelah”. Yakni , bersuara tengah dengan intonasi tetap , senggang , bertekanan , lengkap dan jelas. Misalnya , jikalau ketukan bunyi tengah pertama berintonasi satu detik , bentukan bunyi tengah kedua juga mesti satu detik. Begitu pula , deadline tenggang intonasi dari bunyi angkatan ke ketek dan dari ketek ke bunyi ujung.

Sampai di sini , coba kini cermati bunyi perkutut Anda. Hitung bunyi yang terbentuk dengan tekukan jari tangan , dan cermati pula deadline tenggang intonasi yang diinginkan dalam setiap ketukan. Jika , deadline tenggang tekukan itu sama , dan memebentuk irama yang stabil , tidak nritik , tidak nyeret dan tidak jalan , maka , perkkutut Anda masuk dalam katagori bekualitas lomba.

Selanjutnya , contoh dasar bunyi perkutut ketek dobel plus. Mengingat , bahwa contoh dasar perkutut dobel plus ini ialah ikon tertinggi mutu perkutut periode kini , maka pembahasannya pun , mesti rincian dan dalam waktu dan ruang tersendiri.(bersambung) andi casiyem sudin

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel