-->

Ada Anggota Polisi Jadi Korban Bom Natal 2000 Di Mojokerto Selain Riyanto

MOJOKERTO, – Ketua Pengurus Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Mojokerto, Ahmad Syaifullah, tidak menyangkal adanya korban seorang polisi dalam peristiwa bom Natal tahun 2000 gereja Eben Haezer selain anggota Banser, Riyanto.


Menurut Gus Ipung, sapaan akrabnya, pengesahan Aiptu Agus Tugas Prayitno Handoko terkait meninggalnya Riyanto, yang tidak sedang memeluk bom melainkan dengan posisi membungkuk dan memegang tas plastik bom dengan tangannya merupakan sisi lain dari sejarah peristiwa tersebut.


“Iya memang benar sebelum meledak Riyanto ketemu Pak Agus itu dari model yang aku tahu. Yang lalu baru menyadari bila itu (isi tas plastik) yaitu sebuah bom,” ungkapnya, Senin (28/12/2020).


Terlepas dari hal itu, Gus Ipung mengharapkan subjektifitas fakta sejarah itu tidak bisa mengalahkan subjektifikas fakta sejarah dari yang yang lain juga.


“Saya pikir penyeimibangnya bukan hanya pak Agus yang bisa memperlihatkan informasi, tapi juga ada pak Bambang mantan Kasatkorcab Banser dan pendeta Rudi. Saya hanya penerus fakta sejarah untuk mampu tersampaikan, mudahnya aku ini rowi (periwayat) terakhirlah,” jelasnya.


Di haul Riyanto ke 20, PC GP Ansor Kota Mojokerto mewacanakan sosok Riyanto di usulkan menjadi Pahlawan Nasional.


Gus Ipung beropini, Riyanto sungguh layak menjadi Pahlawan Nasional sebab satu-satunya banser di dunia yang mati alasannya berkorban untuk menyelamatkan jemaat gereja.


“Terlepas dia (Riyanto) benar menyelamatkan atau tidak, namun yang dilakukan dampaknya menyelamatkan orang banyak, kan begitu,” tegasnya.


Langkah permulaan untuk menuju hal itu, pihaknya akan menghimpun keping-penggalan sejarah perihal Riyanto. Bukan dalam rangka apapun, tetapi ini akan menjadi sebuah warisan yang luar mampu dalam sejarah peradaban manusia, khususnya kerukunan umat beragama.


“Artinya, informasi yang terkait dengan sejarah itu paling tidak mampu dipertanggung jawabkan, hari ini kita coba sempurnakan. Bukan dalam rangka apapun ” paparnya.


Ia menyertakan, Termasuk adanya buku ‘Riyanto Melawan Teroris’ beliau menganggap memang belum sempurna. Akan tetapi pihakanya akan berusaha menyempurnakan untuk menghidangkan data, fakta, dan sejarah secarah holistik atau keseluruhan yang bisa dipertanggung jawabkan.


“Sehingga buku ini bisa dibaca sesui dengan fakta yang terjadi. Karena kita tahu seringkali bermasalah dengan hal-hal yang berkaitan dengan sejarah,” imbuhnya.


Pengakuan seorang polisi, Aiptu Agus Tugas Prayitno Handoko, yang juga menjadi salah satu korban bom natal di Gereja Eben Haezer Kota Mojokerto tahun 2000, sementara waktu kemudian sempat mengagetkan banyak pihak.


Agus memperlihatkan pandangan lain terkait dengan tewasnya Banser Mojokerto, Riyanto pada tregedi 20 tahun silam.


Dalam pernyataannya tempo hari, dia menyampaikan Riyanto tidak tewas dengan memeluk bom, melainkan dengan posisi membungkuk memegang bom di tangannya.


Padahal, Agus sendiri sudah meneriakkan adanya bom dan memerintahkan orang disekitar untuk lari dan tiarap.


Namun, dari pengesahan Agus banyak pihak yang meragukan pengakuanya itu. Misalnya, Ada yang bertanya kenapa Agus membeberkan terhadap publik sesudah 20 tahun kejadian kelam tersebut berlalu.


Dari informasi yang diperoleh Tim , selama rentan waktu tahun 2000 hingga 2018 Agus keluar masuk rumah sakit balasan dari ledakan bom natal tahun 2000.


Ia mengalami luka fisik pada bagian tulang punggung hingga tulang ekor dan dibekap stress berat.


“Saya sempat dirawat di Rumah Sakit (RS) Polda Jatim selama 5 tahun, lalu RSUD Wahidin Sudiro Husodo, RS Dr. Soetomo Surabaya, hingga RS Karang menjangan,” ungkap Agus dikala dijumpai dikediamannya, jalan Watudakon, Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto, Sabtu (27/12/2020).


Bahkan, pada ketika menjalani perawatan di RS Polda Jatim, ia bercerita sempat di masukkan sel alasannya adalah mengamuk.


“Katanya sih aku ngamuk-ngamuk gak terang. Sehingga mesti dikurung di sel oleh perawatnya atas perintah dokter,” katanya.


Selain itu, dalam kala rawat jalan dirumahnya dirinya juga pernah mengalami mimpi jelek.


Kemudian, barulah ditahun 2017-2018 Kondisi Agus mulai membaik dan ingatannya kembali normal.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel