-->

Bank Klambi Di Jember, Menyulap Tunjangan Pakaian Korban Peristiwa Yang Menumpuk Jadi Kerajinan

JEMBER, – Menumpuknya sampah tekstil menyusul melubernya tunjangan pakaian bekas dikala terjadi bencana alam di Jember sementara waktu lalu menggugah laki-laki di Kabupaten Jember untuk memanfaatkannya selaku materi kerajinan tangan.


Nurul Hidayat, laki-laki yang biasa dengan panggilan Cak Oyong tergerak untuk mendirikan Bank Klambi. Itu semacam wadah untuk menggalang busana bekas untuk lalu didaur ulang menjadi beragam kerajinan tangan berupa peralatan rumah tangga.


Sebelum pemikiran membuat Bank Klambi, Cak Oyong, mendaur ulang pakaian-busana tidak layak yang tidak terpakai oleh para korban terdampak banjir sementara waktu lalu.


“Saya awalnya memang bergerak di bidang sosial bareng relawan yang lain. Fenomena yang kita pahami bareng , banyak bantuan busana yang menumpuk. Ada yang patut pakai dan ada yang tidak,” kata Cak Oyong, di lokasi Bank Sampah, Jalan Letjen S. Parman, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Sumbersari, Minggu (21/2/2021).


Setelah itu, Cak Oyong bersama beberapa anggota komunitasnya memilih busana-busana santunan donatur yang layak pakai. “Kami pisah dengan yang tidak pantas dan kita kumpulkan,” katanya.


Untuk yang busana layak pakai, katanya, disumbangkan ke lokasi peristiwa lain atau ke daerah pengelolaan aktivitas sosial.


“Tapi oleh kami Bank Klambi, yang tidak layak kita kumpulkan, terus kami recycle (daur ulang, red) menjadi beragam kerajinan, atau peralatan rumah tangga,” ujarnya.


“Apakah itu keset, lap, bean bag, dan kerajinan sejenis lainya. Jadi tetap kita manfaatkan,” sambungnya.


Dengan upaya ini, katanya, busana bekas yang tak layak pakai itu, tidak cuma menjadi sampah tekstil.


“Tapi mampu kita manfaatkan lain, dan hasil penjualannya kita pakai untuk kegiatan sosial lainnya dan juga lebih manfaat,” ucapnya.


Sebagai pegiat gaya hidup nol sampah (zero waste lifestyle), Cak Oyong menginisiatori pengelolaan busana bekas di “Bank Klambi”.


Cak Oyong memberikan, jauh sebelum mengurus Bank Klambi. Sudah sejak 2018 lalu, dirinya lebih dulu mengorganisir gerakan anti sampah lewat komunitasnya. Yakni, Sobung Sarka (Bahasa Madura,Red) yang artinya “Tidak ada sampah”.


Kala itu beliau dibantu dua rekannya lainnya, ialah Zilfana dan Aisyah. Setelah jalan beberapa bulan Aisyah mendapakan pekerjaan di luar Jember.


Melihat gerakan “Bank klambi” sebagai kegiatan positif dalam ranah menjaga lingkungan dari sampah tekstil. Maka beliau teruskan, dan kini banyak dibantu relawan atau pegiat lingkungan lainnya.


Katanya, Bank Sampah ialah gerakan atau komunitas bab dari Sobung Sarka.


“Kami dari Sobung Sarka mengakui segi kegiatan Bank Klambi selaku salah satu unit acara kami,” ucapnya.


Yang diperlukan dengan gerakan kecil yang dilakukannya itu, kata Cak Oyong, mampu menghemat sampah tekstil yang lazimnya dibuang oleh masyarakat di sungai yang dapat menjadikan sindementesi kemudian banjir itu.


“Tujuan ini, ya untuk mengantisipasi timbulnya persoalan dari sampah busana yang tidak layak pakai itu,” tandasnya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel