-->

Banyak Pesaing, Omzet Pedagang Janur Di Mojokerto Anjlok

MOJOKERTO, – Makanan ketupat menjadi menjadi tradisi penduduk Indonesia saat datangnya hari raya Idul Fitri.


Biasanya, kuliner ketupat di suguhkan pada ketika lebaran ketupat yang dimulai pada hari ke delapan bulan Syawal sesudah menuntaskan puasa Syawal selama 6 hari.


Untuk menghadapi tradisi ketupat, saat ini di Pasar Tradisional Kota Mojokerto marak pedagang janur sebagai bahan menciptakan ketupat. Namun, maraknya penjual janur membuat sebagian penjual tak lagi moncer mirip sedia abad.


Listiana misalnya, perempuan pedagang janur musiman asal Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto itu mengaku, hasil dari dagangjanur pada lebaran tahun ini (2021) turun drastis dibanding tahun lalu.


“Agak sepi, tidak kayak tahun kemarin. Banyak yang jualan ini soalnya sekarang,” ungkapnya ketika dijumpai di pasar Tanjung Kota Mojokerto, Selasa (18/05/2021).


Menurutnya, banyak penjual baru yang tak lazimnya berdagang di pasar berdatangan. Sehingga menjadikan antar penjual harus bersaing.


Pada tahun lalu, kata Listiani, dirinya mampu meraup keuntungan sampai Rp 2 juta dalam kuran waktu 5 hari. Sedangkan ketika ini, sejak Sabtu (15/05/2021) lalu belum menyanggupi target.


Harga yang beliau tawarkan beragam, tergantung besar kecil ikatannya, mulai dari Rp. 400 ribu hingga Rp. 10 ribu.


“Kalau yang sudah berupa anyaman ketupat harganya Rp. 8 ribu perikat, 1 ikat isinya 7 anyaman ketupat,” katanya.


Ia menjalaskan, janur-janur yang beliau didatangkan langsung dari daerah Lumajang itu, nantinya terpaksa akan dibuang bila tidak laris.


“Janur tidak bertahan usang, paling lama 5 hari sudah kering. mau tak inginkita buang, dikatakan rugi ya mau bagaimana lagi,” tandas Listiani.


Meski demikian, ia tidak kehilangan akal. Usaha jaualan janur juga membukanya di rumah. Namun dirumah dibantu dengan ibunya agar tetap mampu laris semua


“Kalau di pasar kan harganya bisa agak tinggi mirip itu. orang-orang desa pada umumnya beli janur di pedagang ruamahan, harganya agak murah,” bebernya.


Jualan janur ialah usaha musiman bagi Listiani san suaminya. Jika momen lebaran ketuapat habis, dia akan kembali ke berjualam bauh seperti sebelum hari raya.


“Biasanya aku berdagang buah disini. Jualan janur cuma musiman saja pada waktu idul fitri,” terangnya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel