-->

Cerita Pengungsi Banjir Jombang, Hanya Sempat Selamatkan Dokumen

JOMBANG, – Ratusan warga dari sejumlah desa di Kecamatan Bandarkedunmulyo, Jombang, mengungsi saat Jumat malam (5/2/2021) lalu, rumah mereka diterjang banjir.


Salah satunya keluarga Muklas (50), warga Desa/Kecamatan Bandarkedungmulyo. Muklas bareng istrinya, Emi Wahyuningrum (42), serta anggota keluarga yang lain mengungsi di tenda darurat yang dibuatnya, di tanggul Sungai Brantas Dusun Gedung Gabus Desa Bandar Kedungmulyo.


Ditemui Jumat (12/2/2021) siang, Muklas sedang berada di tenda darurat ditemani istrinya Emi, dan abang iparnya, Didik (50). Emi duduk beralas anyaman bambu di lantai tenda darurat dari terpal. Muklas duduk di kursi kotak kayu, sedangkan Didik yang telanjang dada, duduk di kursi plastik.


Selain tiga orang, di dalam tenda darurat itu penuh berbagai perabotan. Ada panci, kompor panjang, wajan/penggorengan, teko, serta perlengkapan dapur yang lain.  Di dalam tenda tersebut juga ada tikar plastik, kardus, baskom, termos, serta bantal, yang semuanya tak beraturan. Lalu, sepasang dingklik plastik warna hijau ada di tenda.


“Sudah delapan malam kami tidur di tenda darurat ini. Semua keluarga saya mengungsi di tenda ini. Jumlahnya enam KK (kepala keluarga). Kalau bapak-bapaknya lebih banyak berjaga di luar tenda ketika malam,” kata Emi mulai berkisah.


Emi lantas mengenang, bencana alam itu tiba pada Jumat malam (5/2/2021). Semuanya berjalan cepat. Sebenarnya warga telah mengenali bahwa tanggul Sungai Afvoer Besuk yang melintasi Desa Bandar Kedungmulyo jebol di beberapa titik.


Namun Emi dan warga yang lain tidak menyangka peristiwa terjadi dari situ. Sebab, warga telah melakukan kerja bakti menutup jebolan tersebut. Karung-karung berisi pasir didatangkan.


Kemudian diletakkan di tanggul yang jebol. Namun upaya yang dikerjakan warga tak membuahkan hasil. “Ternyata kuatnya arus banjir menghanyutkan karung-karung berisi pasir,” timpal Muklas, suami Emi.


Debit air makin meningkat. Air dari sungai tumpah ke sawah, kemudian menerjang tempat permukiman. Perangkat desa lokal lewat pengeras bunyi di masjid dan musala terus menawarkan imbauan agar warga secepatnya mengungsi.


Muklas yang melakukan kerja bakti di tanggul bergegas pulang ke rumah. Dia mengajak istri dan anaknya mengungsi. Barang-barang berharga seperti kulkas dan televisi tidak sempat terbawa.


Emi dan keluarganya cuma membawa baju seperlunya. Hewan ternak peliharaannya juga tak terselamatkan, musnah terbawa banjir.


Mereka hanya sempat menenteng dokumen kependudukan, dokumen tanah, dan ijazah. Malam itu, dalam situasi gelap gulita, Emi, Muklas dan anak-ananya bergerak ke atas tanggul. Begitu juga dengan ratusan warga Dusun Kedunggabus yang lain.


Dari atas tanggul itulah, ratusan warga menyaksikan kampungnya ditenggelamkan air bah. Air meluncur ke daerah lebih rendah, masuk rumah, sampai ketinggian dua meter lebih.


Jalan desa di bawah tanggul yang posisinya lebih tinggi dari permukiman juga ikut terendam. Malam itu, Dusun Kedunggabus Desa Bandar Kedungmulyo berkembang menjadi kolam raksasa.


Warga Desa Bandar Kedungmulyo yang menggungsi di atas tanggul Sungai Brantas dengan mendirikan tenda terpal, Sabtu (6/2/2021)


“Air menerjang sungguh cepat. Sekitar 25 menit, air telah setinggi dada. Terus naik hingga menenggelamkan permukiman dan jalan desa. Banyak hewan ternak yang tak terselamatkan. Saya mendapatkan lima bangkai kambing di lokasi banjir,” kata Didik, kakak Emi.


Esoknya, Sabtu (6/2/2021) Muklas mendirikan tenda darurat di tanggul tersebut. Begitu juga ratusan warga lainnya. Jadilah tanggul sungai Brantas di Kedunggabus mirip bumi perkemahan.


Tenda berbahan terpal berderet memanjang. Sambung menyabung dari ujung ke ujung. Mereka tidur, mengolah makanan, dan bersantai dengan keluarga di tenda itu.


Muklas dan keluarga bersyukur karena pada Sabtu pagi (6/2/2021) tunjangan mulai berdatangan. Baik berbentuknasi kemasan, air bersih, busana, sampai logistik lainnya.


Bahkan untuk tabung elpiji, pihak desa juga menyediakannya secara gratis. Apalagi di akrab tenda keluarga Emi ini juga ada posko kesehatan dan posko penanganan tragedi.


Supervisor Pusdalops BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Jombang Stevie Maria mengungkapkan, pada permulaan banjir hingga hari ketiga Minggu malam ada dua lokasi yang digunakan warga Desa Bandar Kedungmulyo selaku kawasan mengungsi.


Pertama di SDN Bandar Kedungmulyo, yang menampung 138 jiwa. Sedangkan kedua di sepanjang tanggul Sungai Brantas desa lokal. Di lokasi ini terdapat 923 jiwa.


Mereka berasal dari tiga dusun, masing-masing Dusun Kedunggabus sebanyak 460 orang, Kedungasem 325 jiwa, dan Dusun Bandar Kedungmulyo 138 orang. Sehingga jumlah total pengungsi di Desa/Kecamatan Bandar Kedungmulyo sebanyak 1.351 orang.


Meskipun sudah ada yang pulang ke rumahnya alasannya adalah banjir berangsur-angsur surut, namun  ratusan warga masih bertahan tinggal di tenda pengungsian. Ini alasannya banjir masih bisa tiba di saat-di saat. Lebih-lebih hujan juga belum menampakkan gejala akan berkurang intensitasnya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel