Fenomena Ubur-Ubur Penuhi Perairan Bahari Kota Probolinggo, Jumlahnya Tak Terhitung
PROBOLINGGO, -Sudah rutin terjadi setiap tahun di bulan Mei, sepanjang perairan bahari Kota Probolinggo, dipenuhi ubur-ubur. Tahun ini, hewan maritim transparan tersebut menyanggupi pantai lima hari yang lalu.
Salah satu lokasi yang dijadikan kawasan bermain ubur-ubur yakni Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan (PPPM). Meski dipenuhi hewan jikalau disentuh gatal tersebut tidak mengganggu warga yang biasa kumkum atau berendam dan mancing di PPPM.
Mereka tetap mandi dan mancing, tetapi mereka menghindar dikala ubur-bubur mendekati dirinya. Fenomena tahunan yang umum terjad
diawal Mei sampai Juni tersebut menjadi perhatian warga di tepian pantai dan nelayan lokal.
Didik Suherman (48) yang biasa mincing di PPPM menyampaikan, hewan laut berjulukan ilmiah Scyphozoa tersebut menyanggupi pantai sepekan kemudian. Pri asal Kelurahan Jati, Kecamatan Mayangan ini, tidak tahu, kapan ubur-ubur akan meninggalkan perairan PPPM.
“Yang saya tahu, seminggu kemudian sudah ada. Terus kapan akan pergi dari sini, kami tidak tahu,” katanya, Rabu (19/05/21) sore.
Didik mengatakan, eksistensi biota laut tanpa tulang tersebut tidak menggannggu acara hobinya ialah, mancing. “Enggak mengganggu, masih banyak yang mancing. Mungkin, ikannya agak jarang, alasannya takut dengan ubur ubur,” ujarnya.
Berbeda dengan warga yang mandi atau kumkum di PPPM. Mereka menanti air maritim surut, karena ubur-ubur mengikuti pasang-surut. Ubur-ubur akan menjauh ke utara, dikala air bergeser kea rah utara.
Sepert dibilang Margomulyo, yang umum berendam di air laut demi kesehatan. Bapak asal Kelurahan Pilang, Kecamatan Kademangan berani turun ke bahari untuk berendam setelah melhat ubur-ubur banyak yang ke utara.
“Sebenarnya tidak masalah. Namun, kalau terlalu banyak, kami juga takut. Kan jikalau kena sentuh, gatal,” ungkapnya.
Namun kalaupun ubur-ubur mengenai badannya, Mulyo mengaku mempunyai resep untuk menghilangkannya. Yakni dengan tunjangan pasir laut. Manurutnya, rasa gatal yang disebabkan lendir ubur-ubur akan hilang setelah dibersihkan dengan pasir.
”Tinggal diusap dengan pasir badan yang kena lendirinya. Tak lama gatalnya akan hilang,” katanya.
Muhammad Zainul ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Cabang Kota Probolinggo menyebut, fenomena ubur-ubur terjadi setiap awal Mei setiap tahun. Bagi nelayan, ubur-ubur yang jumlahnya tak dapat dijumlah tidak begitu mengganggu nelayan.
Nelayan melaut mirip biasaya. Jika nelayan menemui kumpulan ubur-ubur yang jumlahnya banyak dan rapat, mereka memilih mengelak . Selain cemas mati karena kincir kapal, juga takut kapalnya terbalik.
“Tidak mengusik, asal nelayan sarat perkiraan. Kalau banyak, nelayan menghindar. Cari jalur yang jarang ubur-uburnya,” katanya.