Ketum Iakmi: Vaksin Dan 3M Dijalankan Berdampingan Untuk Perlindungan Diri
JAKARTA, –Setelah hadirnya vaksin Covid-19, pemerintah masih menanti hasil evaluasi Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) untuk melakukan program vaksinasi terhadap penduduk .
Namun sesudah nantinya pelaksanaan vaksinasi berjalan, masyarakat mesti tetap disiplin mengerjakan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak), alasannya adalah dengan cara itulah Indonesia bisa cepat keluar dari pandemi Covid-19.
Dr Ede Surya Darmawan SKM., MDM, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) mengatakan, benar vaksin itu ialah upaya protektif terhadap penyakit spesifik.
Beberapa virus dan kuman di Indonesia memang telah usang kita musuh dengan imunisasi, sehingga di Indonesia kita mengenal acara imunisasi, lalu beberapa penyakit yang mampu dicegah melalui imunisasi bisa tereleminasi.
“Vaksin Covid-19 ini juga diperlukan memiliki tugas seperti itu nantinya,” ujarnya dalam acara Dialog Produktif bertema ‘Vaksin
Datang, Tetap Disiplin 3M’ yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis (10/12/2020).
Dr Ede menjelaskan perkiraan untung rugi dari acara vaksinasi nantinya. Dikatakan, vaksin itu untungnya lebih banyak ketimbang ketika kita harus sakit. Bukan hanya menelan ongkos rata-rata Rp184 juta per orang, namun juga kita rugi sebab tidak mampu produktif bekerja.
“Sejauh ini vaksin sebagai intervensi kesehatan penduduk dalam pencegahan penyakit menular telah terbukti efektif sejak usang,” kata Dr Ede.
Terkait imbas ikutan sehabis divaksinasi, menurut Dr Ede hal tersebut cuma sekadar ketidaknyamanan yang bersifat sementara.
“Sakitnya cuma sebab ditusuk jarum suntik, kemudian ada abses, tubuh panas. Tapi itu tidak akan berjalan usang. Kalau vaksinnya efektif maka akan secepatnya terbentuk antibodi sehingga kita akan kebal kepada suatu penyakit
yang spesifik,” ungkapnya.
Betapapun terpapar Covid-19 menjadi kerugian secara fisik dan mental mirip diceritakan Abi Satria, Penyintas Covid-19.
“Kondisi fisikku di hari ke enam dirawat di Wisma Atlet, badan
menggigil sebab demam, meski AC sudah dimatikan. Pasca-sembuh dari Covid-19, fisik bergotong-royong sudah mulai membaik, tapi secara mental masih kurang stabil. Aku masih takut keluar dan muncul di depan publik. Setelah saya konsultasikan ternyata memang itu ialah pengaruh psikologis. Jadi bukan hanya terdampak pada fisik tetapi juga mentalnya”, ungkapnya.
Abi Satria juga menyampaikan, kita mampu tertular di mana saja dan kapan saja. Bisa jadi tertular dari benda-benda di sekeliling kita. Masyarakat yang menilai Covid-19 hanya konspirasi, percayalah Covid-19 ini faktual. Karena mereka yang belum yakin mungkin belum pernah ada orang terdekatnya yang tertular Covid-19,” kata Abi.
Oleh karena itu Abi Satria mengimbau penduduk untuk tetap disiplin menjalankan 3M.
“Untuk semua masyarakat yang masih abai dengan 3M, tolong jangan egois sebab kita tidak pernah tahu kapan berjumpa dengan orang yang imunitasnya sedang rentan. Kita tidak pernah sadar bahwa kita menjinjing virus kepada yang lebih bau tanah atau muda, jadi jangan egois dan patuhi protokol 3M,” pesannya.