-->

Kisah Lengkap Saksi Kunci Soal Pembunuhan Terapis Di Mojokerto

MOJOKERTO, – Selain korban tewas berjulukan Ambarwati (35), masalah pembunuhan terapis rumah pijat di daerah Mlirip, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto pada Kamis (4/2/2021) juga membuat Tatik (45) terluka dan mesti menjalani perawatan di rumah sakit.


Selain selaku salah satu korban kebiadaban pelaku MI (25), warga Desa Wuluh, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Tatik merupakan saksi kunci dalam insiden berdarah di rumah pijat Berkah tersebut.


Disambangi pada Minggu (21/02/2021) siang di rumah kos di belakang tempat peristiwa perkara (TKP), dengan mata berkaca-kaca dia menceritakan apa yang menimpa ia dan rekannya pada hari peristiwa.


Saat itu beliau menerima telpon dari Ambawati atau yang bersahabat di panggil Santi untuk mengatarkan nasi pesanannya dan mengambil daging.


Setibanya di rumah pijat, Tatik bertanya terhadap Santi, ‘San dewean ta?’ (San sendirian kah?).


“Iya mbak, temanku tidak masuk satu. Ada dua, yang satu adalah mbaknya santi dan yang satunya lagi anak Prambon. Anak  Prambon katanya masuk jam dua (14.00 WIB),” katanya  menirukan jawab dari santi.


Tatik mengaku sempat pamit ingin pulang, namun tidak diperkenankan oleh Santi. Karena Santi takut sendirian berada ditempat pijat tersebut.




Berita sebelumnya:





“Akhirnya kami makan jajan berdua,” ungkapnya.


Tidak berselang lama, sekitar 5 menit kemudian datanglah seorang laki-laki yang tidak mereka diketahui dengan mengendarai sepada motor Honda Beat tanpa pelat nomor.


“Itu, San, ada anak mau pijat,” kata Tatik. Santi pun mengajukan pertanyaan kepada laki-laki tersebut, “Pijat mas?”


Menurut Tatik, laki-laki itu tidak mengeluarkan satu patah kata pun. Dia cuma menganggukkan kepala tanda membenarkan kalau hendak pijat. Sejurus lalu, laki-laki itu dipersilahkanlah masuk.


“Dia akibatnya masuk menenteng tas ransel mirip tas anak sekolah berwarna hitam. Pria itu masuk ke kamar dan aku lihat Mbak Santi mengambil sarung. Kalau pijat kan kan pakai sarung. Kemudian Mbak Santi masuk (kamar),” ujar Tatik.


Sejauh itu, Tatuk masih bertahan, tidak beranjak dari rumah pijat itu. Dia masih menunggu Santi di depan kamar.


Tak berselang usang, alasannya adalah dirinya merasa lapar sebab belum makan sedari pagi, Tatik lalu keluar membeli gorengan di sebalah rumah pijat. Tak lama, hanya sekira 3 menit kemudian kembali lagi ke rumah pijat.


“Sudah jam 11.00 WIB Santi kok belum simpulan. Kok yummy sih mijatnya kok lama banget, batin saya bilang begitu,” terang Tatik.




Berita sebelumnya:





Jam memberikan pukul 11.05 WIB, dia tiba-tiba mendengar bunyi Santi berteriak dari dalam kamar.


“Akhirnya saya berdiri, ia (laki-laki yang tidak dikenal) keluar tanpa busana dan lari dengan menjinjing pisau,” paparnya.


Seketika itu Tatik terpana dan terkejut , tidak mengatakan apapun. Ia mengaku di dorong dan ditendang, kemudian terjatuh.


“Saya dengan posisi duduk menjajal duel merebut pisau yang dia bawa. Akhirnya pisau mampu saya rebut dan entah aku lemparkan kemana. Saat itu yang penting pisau tidak didapatkan anak itu,” ungkap Tatik bermimik serius.


Pria itu, lanjutnya, lalu melarikan diri dengan kondisi telanjang. “Tapi menyampirkan celana di pundak, tanpa membawa tas,” katanya.


Lebih jauh Tatik mengatajan, pada ketika duel itulah ia terkena sebetan pisau yang menimbulkan luka di kepala bagian belakang. Setelah laki-laki itu pergi, Tatik meminta tolong orang bernama Eki untuk membersihkan darah yang berceceran di lantai.


Menurut Tatik, pria tak diketahui tersebut mengambil benda tajam atau alat yang digunakan membunuh Santi dan melukai dirinya dari dalam tas yang dibawa.


Tatik menjelaskan, pada ketika Santi memijat tidak mendengar bunyi apapun dari dalam kamar. Padahal jarak kamar dan ruang tamu tidak jauh. Ia mengaku datang-tiba mendengar suara teriakan santi, itupun cuma satu kali.




Berita sebelumnya:





“Saya tidak mengetahui penusukannya. Pokoknya saya mendengar santi berteriak dan pria itu keluar tanpa pakaian mendorong dan membacok saya,” teranganya.


Ia memastiakan tidak ada suara cek cok atau perlawanan dari Santi . “Tidak ada perlawanan, jikalau memang ada perlawanan ya pasti ramai kan, tidak ada suara, mijatnya ya enak saya dengarkan,” beber Tatik.


Hingga ketika ini, peristiwa berdarah yang menewaskan temannya dan membuatnya masuk rumah sakit selama 5 hari itu masih menyisahkan syok. Beberapa kali ia datang-datang duka dan berlinang air mata ketika mengenang sosok Santi.


Pada hari Kamis (18/2/2021) malam menjelang maghrib kemarin, datang-datang saja dia terngingang dan meneriakkan nama Santi, hingga dikira mirip orang sedang keseurupan.


Bagi dia, Santi adalah sosok orang baik. Setiap hari Jumat beliau niscaya memesan 30 sampai 50 nasi kemasan untuk dia sedekahkan.


“Dia (Santi) bagikan ke warga sekitar sini. Separuh aku yang membagikan, separuhnya dia yang membagikan,” ungkap Tatik.


Sementara, menurut suami Tatik, Darmaji (53), kemungkinan Santi dibuat pingsan terlebih dahulu sebelum dibunuh oleh pelaku.


“Kalau tidak dibuat pingsan, mau ditusuk pasti beliau (Santi) berteriak, kan,” tandasnya.


 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel