Masalah Covid-19 Melambung, Ketersediaan Bed Rumah Sakit Di Jember Tinggal 20 Persen
JEMBER, – Peningkatan masalah Covid-19 selama dua pekan terakhir menjadikan ketersediaan tempat tidur perawatan rumah sakit di Kabupaten Jember tinggal 20 persen. Peningkatan BOR (Bed Occuupation Rate) mencapai 80 persen.
Data Dinkes Jember, total jumlah daerah tidur khusus untuk pasien Covid-19 di Jember adalah 358 buah. Sebanyak 39 di antaranya yaitu untuk ICU (Intensive Care Unit) atau layanan perawatan intensif.
Terhitung semenjak Minggu (27/6/2021), sebanyak 288 daerah tidur telah terisi. Saat ini, tinggal 70 daerah tidur yang tersedia, 13 di antaranya berada di ruang ICU.
Plt. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Plt. Kabid P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jember, dokter Alfi Yudisianto menegaskan, tidak semua rumah sakit mempunyai daerah tidur ICU.
“Dari 13 rumah sakit, hanya RSD dr. Soebandi, RS Perkebunan PTPN X, RS Paru Jember, RS Bina Sehat, RS Kaliwates, dan RS Siloam, yang punya kawasan tidur ICU,” kata dokter Alfi, dikonfirmasi lewat ponselnya, Selasa (29/6/2021).
Kondisi penuhnya daerah tidur ini, lanjutnya, terjadi semenjak dua pekan terakhir.
“Peningkatan perkara di Jember. Kasus-masalah yang memang perlu dirawat di rumah sakit kami upayakan tidak sampai tidak tertangani,” katanya.
Untuk mengatisipasi lonjakan, lanjut Alfi, pihaknya sedang meminta embel-embel kawasan tidur pada rumah sakit.
“Langkah selanjutnya, akan ada edaran-edaran terkait acara yang memanggil kerumunan massa diimbau semoga tidak boleh,” sambungnya.
Alfi juga menambahkan, kenaikan perkara Covid-19 ini tidak cuma terjadi di Kabupaten Jember, namun juga di nyaris seluruh kabupaten/kota yang lain di seluruh daerah Jawa Timur.
“Peningkatan perkara Covid-19 di Jember seperti halnya yang terjadi di kabupaten / kota lain. Diduga hal ini terjadi alasannya pasca piknik yang terjadi di beberapa wilayah,” katanya.
Dengan kondisi itu, kata dokter Alfi, dilakukan upaya 3T secara ketat. Selain selalu sosialisasi soal prokes Covid-19 dengan penerapan 5M.
“Yakni 3T (Testing, Tracing, Treatment) selaku langkah untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Jember ini. Disebut juga investigasi, pelacakan, dan perawatan,” jelasnya.
“Sehingga mampu cepat diketahui dan dikerjakan bila ada perkara baru tersebut,” sambungnya.
Diakui juga oleh dokter Alfi, penularan dari Virus Corona ini dikhawatirkan adanya varian baru. Namun alasannya kekurangan Jember yang belum memiliki lab khusus untuk mengetahui adanya virus varian baru.
Dinkes Jember melaksanakan koordinasi dengan Laboratorium Universitas Airlangga Surabaya selaku langkah deteksi.
“Yang kemudian (upaya) Dinkes Jember selaku langkah deteksinya. Yakni dengan tetap mencari dan berhati-hati (terkait penyebaran virus Covid-19),” katanya
“Bahkan bila ada investigasi lab PCR ataupun swab tes yang mencurigakan, ataupun hasil lab apapun, diantarke Surabaya sampelnya. Di laboratorium Unair. Karena mampu (secepatnya) dideteksi apakah varian gres atau bukan,” ulasnya.
Namun demikian, lanjutnya, sampai dikala ini terkait meningkatnya masalah gres. Masih dengan aksara virus Covid-19 yang varian lama.
“Alhamdulillah belum ada yang varian gres. Semoga masih mampu diantisipasi (terkait varian baru) itu,” tandasnya.
Data Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten Jember per Senin (28/6/2021), ada tambahan 41 perkara terkonfirmasi kasatmata Covid-19. Data itu menyebutu 7 pasien dinyatakan sembuh dan 4 pasien meninggal dunia.
Total keseluruhan masalah di Jember semenjak permulaan Pandemi Covid tahun lalu telah mencapai 7.424 kasus terkonfirmasi nyata dan 253 kasus di antaranya yakni kasus aktif. Sementara jumlah pasien meninggal meraih 516 orang.