Mengintip Meriah Lomba Burung Di Pasar Pahing Surabaya
SURABAYA, – Usai azan ashar berkumandang, area parkir Pasar Pahing Kecamatan Rungkut Surabaya seketika disesaki warga. Kebanyakan mereka kaum laki-laki, berasal dari komunitas pecinta burung kicau yang mau turut serta mengikuti Latber.
Latber ialah perumpamaan dalam komunitas kicau mania, kepanjangan dari latihan bareng . Lomba burung kicau berskala kecil yang digelar secara berkala .
Hadir sembari menanting kandang berisi burung jenis Cucak Ijo atau Murai Batu. Para penghobi siap mengadu gacoan diatas gantangan-daerah menggantung kandang burung ketika kontes. Namun sebelum persaingan dimulai, peserta wajib terlebih dahulu melaksanakan registrasi dengan membayar tiket sebesar Rp20 ribu.
Muridan (30), seorang peserta asal Menanggal Surabaya mengaku, telah lima tahun dirinya berkala mengikuti Latber di Pasar Pahing Surabaya. Pada saban hari Rabu dan Sabtu sore.
“Sekedar hobi saja, (ikut Latber) semenjak lima tahun kemudian,” aku Muridan terhadap media ini, Sabtu (6/2/2021).
Ia menjinjing Azzam, burung Cucak Ijo kesayangannya. Meski tak selalu moncer-keluar selaku juara, Muridan tetap merasa bangga dengan gacoannya itu sebab masuk 13 besar. Kedepan, Muridan bertekad lebih tekun merawat burung asal Kalimantan berwarna hijau tersebut biar semakin tekun berkicau dengan suara lantang ketika lomba.
“Akan aku optimalkan perawatannya, alasannya adalah merawat burung ini tergolong gampang-gampang sulit,” lanjutnya.
Begitu puluhan kandang digantangkan, kicauan khas Cucak Ijo maupun Murai Batu terdengar bersahutan. Ramai diselingi sorak sorai para penghobi. Si empunya dari luar garis terlihat sesekali memberi suara sampai isyarat, agar burung pendekar tampil mirip yang diharapkan.
Tono (45) salah satu panitia kontes mengemukakan, Latber yang diselenggarakan pihak Pasar Pahing Bersatu bantu-membantu terbuka untuk semua jenis burung kicau. Hanya saja selama ini masih didominasi dua jenis burung Cucak Ijo dan Murai Batu.
“Kemungkinan juga akan terbuka bagi (burung) Lovebird,” katanya.
Ia menjelaskan, dalam menentukan juara kontes, ada tiga hal yang menjadi pegangan panitia. Yakni kualitas lagu kicauan. Kemudian stabilitas dan aspek penampilan burung. Namun kata ia, mutu lagu kicauan burung adalah hal yang paling menentukan. Faktor ini diketahui dengan perumpamaan gacor ngerol.
Penilaian diberikan delapan orang juri berupa angka. Paling sedikit poin 0 untuk burung gagal berkicau. Poin 37,5 bagi burung berkicau kurang maksimal dan poin 38 untuk burung gacor tepat.
Agar evaluasi berjalan cepat, mengingat jumlah penerima Latber meraih ratusan orang. Pihak panitia membagi kedalam dua klasemen. Dari dua klasemen akan mengerucut terhadap sang juara. Burung pemenang nantinya mendapat tropi, piagam serta uang pembinaan.
“Uang pembinaan ini (besarnya) relatif, tergantung jumlah penerima,” lanjutnya.
Tono menambahkan, persaingan tiga harian di Pasar Pahing Surabaya ialah sarana latihan bareng para kicau mania untuk mengasah kemampuan burung kesayangan. Selain Latber, kompetisi serupa juga acapkali digelar dengan istilah Latpres atau Latihan Prestasi. Bukan itu saja, event tahunan tahunan pun ada, dia menyebutnya selaku anniversary-suatu persaingan berukuran lebih besar.
Anniversary biasanya bertepatan dengan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. “Kita senantiasa menggelar pada Bulan Agustus, juga memperingati kemerdekaan,” tutupnya.