Nyaris 500 Wartawan Kehilangan Nyawa Selama 9 Bulan Wabah Corona
JENEWA, – Hampir 500 jurnalis dari 56 negara sudah meninggal balasan Covid-19 dalam sembilan bulan terakhir. Demikian catatan yang dipublikasikan oleh Press Emblem Campaign (PEC), tubuh independen di PBB dalam masalah jurnalistik, pada Selasa (2/12/2020).
Dalam catatan PEC, selama bulan November, 47 lebih banyak pekerja media meninggal alasannya virus corona, ketimbang 22 akhir hayat yang dimengerti pada bulan Oktober.
“Sayangnya, pandemi ini bertambah banyak menyantap korban di media. Ini kerugian yang sungguh besar. Di negara-negara seperti India, Brazil, Argentina dan Meksiko, jumlah korban di golongan jurnalis terus bertambah,” kata Sekretaris Jenderal PEC, Blaise Lempen.
Berdasarkan kawasan, dari 489 jurnalis yang meninggal akibat Covid-19 semenjak 1 Maret, Amerika Latin memimpin dengan lebih dari separuh korban, atau 276 kematian (25 lebih dalam sebulan). Asia menyusul dengan 125 tewas (sepuluh lebih), di depan Eropa (38 kematian, tujuh lainnya), Amerika Utara (26, tiga lagi) dan Afrika (24, dua lagi).
Peru tetap menjadi negara dengan jumlah akhir hayat terberat, di mana 93 pekerja media sudah meninggal balasan virus korona sejak Maret (berdasarkan Asosiasi Jurnalis Nasional Peru, tidak berubah).
India kini yaitu negara yang terkena efek terburuk kedua dengan 51 akhir hayat, empat orang lebih dalam sebulan.
Brasil menempati posisi ketiga dengan 43 korban, Ekuador 41 tewas, Bangladesh 39 orang dan Meksiko 33 tewas.
Amerika Serikat mengikuti di tempat ketujuh dengan 25 korban diikuti Pakistan 12 orang, Panama 11 dan Bolivia 9. Di Inggris, dua jurnalis yang meninggal total 10 orang semenjak Maret.
Negara selanjutnya ialah Nigeria 8 orang, Afghanistan 7 orang, Republik Dominika 7, Honduras 7, Argentina 6 orang, Nikaragua 6, Venezuela 6. Kemudian 5 tewas di Kolombia, 5 di Prancis, 5 di Rusia, 5 di Spanyol, dan 4 di Italia.
Tiga jurnalis juga meninggal karena Covid-19 di Kamerun, Mesir, Guatemala, Iran, Nepal, dan El Salvador.
Dua akhir hayat dimengerti di negara-negara berikut: Aljazair, Indonesia, Maroko, Paraguay, Afrika Selatan dan Swedia.
Hasil identifikasi PEC, setidaknya ada satu perkara kematian jurnalis di 21 negara berikut; Austria, Belgia, Bulgaria, Kanada, Chili, Republik Demokratik Kongo, Jerman, Irak, Israel, Jepang, Kazakhstan, Kenya, Kyrgyzstan, Lebanon, Portugal, Arab Saudi, Swiss, Tajikistan, Togo, Turki, dan Zimbabwe.
Laporan itu menyebut, usia rata-rata jurnalis yang meninggal pada November (mereka yang dimengerti usianya atau tiga perempat dari 47 akhir hayat yang tercatat) yakni 56 tahun. Sepertiga dari total korban berusia di bawah 60 tahun.
“Jumlah korban bekerjsama pasti lebih tinggi, alasannya adalah penyebab maut jurnalis acap kali tidak dirinci atau kematiannya tidak diumumkan,” jelas Blaise Lempen.