-->

Obrolan Sore Hari

 “tuing.. klontang, PING….” Baru menyelehkan bokong sehabis selesai menyelesaikan kegiatan rutin harian, mengeransum kelangenan. ada pesan masuk.. “cyin, nang umah ra? Arep dolan jue” kang tejo bosnya joss rabit merpati hias banjarnegara mem-BBM aku, walau pake bahasa cyin kita bukan penganut kaum bisex atau kaum Sodom lho, itu pertanda keakraban yang sungguh mendalam , sesama peternak dan seperjuangan, he he he he.. kayak semangat 45 deh.  Aku jawab “nang umah kang guru” maklum selain breeder merpati dan kelinci beliau juga seorang guru. 

kang tejo dikandang pawiro bird farm


Akhirnya beberapa dikala kemudia munculah Kang Guru alias kang tejo.
Kang tejo langsung aku persilahkan masuk kandang belakang, “muter hya? Lewat barat rumah…  saya bukake lewat njero“  jreng.. “Wek … manuke ndeso kurang pandai kok.. alias lokalan Indonesia..? “   “ iyo jue saya belum berpengaruh tuku yang import”

"Tapi bahu-membahu burung Indonesia rakalah apik lho..? jal kui seko emprit kui, emprit hijau itu si pintail parrot finch  kan ndak kalah cantiknya ketimbang si gould amadine import to?.. trus delimukan puter hijau zamrud yang bikin kesengsem orang  monconagoro.. kan sungguh sungguh sitimewa to?”

Hla tak jawab.. “hla hyo kui kang guru, aku gur menjajal menangkarkan dulu, sebelum kecolongan lagi”
“waiyah KECOLONGAN?.. opo maksutnya dhe?” mau muni cyin.. saiki dhe, sakali lagi bukan panggilan mesra lho ini, dhedhek atau adhek, tetapi singkatannya pak dhe pawiro… umumkang tejo suka panggil begitu.
“kae lho, inget gak gelathik putih, gelathik coklat, sampai gelathik silper, asline seko endhi? Kok dadak import barang?.. terus mbasan kita mampu breeding sendiri.. importir terus ngedunke rego sak murah murahe, ha lak cilaka to kui?”

“Iyo kae asline gur gelathik belong seko kene, trus di export ke negoro monco dibreeding hingga metu mutasi warna koyo ngono, ningkan export hyo resmi, kita import mutasine hyo resmi, memiliki arti tidak KECOLONGAN TO?"

 “memang resmi, tapi sebaiknya yang breeding duluan kan kita, dudu wong monco kae, wong kui manuke kita kok, burung-burung indonesia gichu, jika kita telah berhasil breeding baru kita export lagi dalam benthuk wes mutasian warna macem-macem. Itu kamsutku kecolongan tadi”
“wah manis itu, tetapi wes terlambat ki?”

"Iya wes terlambat, tetapi setidaknya masih ada berbagai jenis burung burung indonesia yang masih memiliki potensi kita breeding sendiri, mumpung harga masih murah, materi juga mudah didapat, apalagi belum masuk dalam daftar merah kepunahan”
“jika burung murah, apa risikonya ura rugi?”
“hya rugi jika akhirnya terus dijual, apalagi jualnya dipasar tradisional local sini”
“hla terus diternak buat apa?”
“hya ngimpi wae, sebuah ketika ada potensi export”
“Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha“…  kita nyekakak bareng…
“apalagi bila suatu saat, ada semacam hukum export burung Indonesia syaratnya mesti burung hasil ternakan, dan ring-ringan, bukan tangkapan liar”
“WAH IDE APIK dhe, yen ngono delimukanku sesuk tak hibahke sampean wae”

Alhamdulillah.....
Sedikit dialog sore hari, membuka perihal, dan mengimpikan sesuatu yang muluk muluk di suatu hari nanti.
Export burung burung Indonesia syaratnya harus yang ternakan ditandai dengan ring/cincin identitas. Bukan lagi tangkapan alam yang membabi buta, mengeruk kekayaan alam, dan menyebabkan kepunahan satwa satwa asli negeri ini.


koleksi pawiro bird farm-delimukan-emeral dove



alamat farm: 
KANDANG 1, jalan parang tritis km 11, dsn mading gandekan rt 3, trirenggo, bantul, jogjakarta

KANDANG 2, jalan parang tritis km 11, dsn belukan sabdodadi, bantul, jogjakarta 

kontak person pawiro doro/ervan, +628122752987 (telp, sms/WA)

  kawan konsultasi,pengadakan peralatan ternak, daerah pakan merpati anti tumpah, sarang, kandang knockdown, jamu dan obat-obatan

melayani pengiriman merpati, finch, dove keseluruh  indonesia, via kereta, pesawat udara, titip travel dan bus


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel