-->

Bagaimana Serigala Menyerang Manusia Dan Contoh Kasusnya






style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-7391895975082225"
data-ad-slot="8227776286">



Serangan serigala pada insan atau properti mereka cukup banyak ditemui. Frekuensinya beragam dengan lokasi geografis dan kurun sejarah. Serangan serigala debu-debu jarang terjadi sebab serigala sering dibunuh atau bahkan dimusnahkan sebagai reaksi balasan dari manusia. Akibatnya, serigala ketika ini condong hidup jauh dari insan atau telah mengembangkan kecenderungan dan kesanggupan untuk menghindarinya.


Serangan Serigala


Negara dengan catatan sejarah paling banyak yaitu Prancis, di mana nyaris 7.600 serangan fatal oleh serigala didokumentasikan dari 1200 hingga 1920. Ada beberapa catatan sejarah atau kasus terbaru serangan serigala di Amerika Utara. Dalam setengah kala sampai 2002, ada delapan serangan fatal di Eropa dan Rusia, tiga di Amerika Utara, dan lebih dari 200 serangan di Asia Selatan. Para mahir mengkategorikan serangan serigala menjadi banyak sekali jenis, termasuk terinfeksi rabies, predator, agonistik, dan defensif.



Serigala dan interaksi serigala-manusia


Serigala abu-debu yaitu anggota liar terbesar dari keluarga canid (hewan bertaring), dengan berat jantan rata-rata 43–45 kg dan betina 36–38,5 kg. Mereka adalah anggota paling terspesialisasi dari genusnya ke arah karnivora dan perburuan binatang besar. Meskipun mereka terutama menargetkan hewan berkuku, serigala kadang-kadang fleksibel dalam kuliner mereka; contohnya, mereka yang tinggal di kawasan Mediterania sebagian besar hidup dari sampah dan binatang peliharaan.


Mereka mempunyai rahang dan gigi yang besar lengan berkuasa dan tubuh yang besar lengan berkuasa yang memiliki daya tahan yang tinggi dan kadang-kadang berlangsung dalam kalangan yang besar. Namun demikian mereka condong takut dan menghindari insan, terutama di Amerika Utara.


Serigala beraneka ragam dalam temperamen dan reaksinya kepada manusia. Mereka yang memiliki sedikit pengalaman sebelumnya dengan manusia dan mereka yang dikondisikan secara konkret lewat makan mungkin kurang takut. Serigala yang hidup di kawasan terbuka, contohnya Great Plains Amerika Utara, secara historis menunjukkan sedikit panik sebelum munculnya senjata api di masa ke-19 dan akan mengikuti pemburu insan untuk menyantap hasil buruan mereka, utamanya bison. Sebaliknya, serigala penghuni hutan di Amerika Utara terkenal alasannya adalah sifatnya yang pemalu.


Ahli biologi serigala L. David Mech berhipotesis pada tahun 1998 bahwa serigala biasanya menyingkir dari insan alasannya adalah cemas yang ditanamkan oleh perburuan. Mech juga mencatat bahwa postur tegak insan tidak mirip mangsa serigala lainnya, dan seperti dengan beberapa postur beruang, yang biasanya disingkirkan serigala. Mech berspekulasi bahwa serangan didahului oleh habituasi pada manusia, sementara hasil yang sukses untuk serigala dapat menimbulkan sikap berulang, mirip yang didokumentasikan utamanya di India.


Karakteristik


Rabies


Kasus serigala rabies rendah jika dibandingkan dengan spesies lain alasannya adalah serigala tidak berfungsi selaku reservoir utama penyakit, tetapi dapat terinfeksi rabies dari hewan lain mirip anjing, golden jackal, dan rubah. Kasus rabies pada serigala sangat jarang terjadi di Amerika Utara, meskipun banyak terjadi di Mediterania bab timur, Timur Tengah, dan Asia Tengah. Alasannya tidak jelas, walaupun mungkin terkait dengan keberadaan serigala di area tersebut, karena serigala telah diidentifikasi selaku pembawa utama


Serigala sepertinya mengembangkan fase rabies yang “ganas” ke tingkat yang sungguh tinggi, yang, ditambah dengan ukuran dan kekuatannya, membuat serigala rabies mungkin menjadi hewan rabies yang paling berbahaya, di mana gigitan dari serigala rabies menjadi 15 kali lebih berbahaya daripada gigitan dari anjing rabies.


Serigala rabies lazimnya bertindak sendiri, melakukan perjalanan jarak jauh dan sering menggigit banyak orang dan hewan peliharaan. Kebanyakan serangan serigala rabies timbul pada kurun demam isu semi dan isu terkini gugur. Berbeda dengan serangan predator, korban serigala rabies tidak dikonsumsi dan serangan lazimnya hanya terjadi dalam satu hari.


Juga, serigala rabies menyerang korbannya secara acak, tidak memperlihatkan selektivitas yang ditunjukkan oleh serigala predator, meskipun sebagian besar perkara yang tercatat melibatkan pejantan sampaumur, alasannya pejantan sering dipekerjakan dalam kegiatan pertanian dan kehutanan yang membuat mereka berhubungan dengan serigala.


Non-rabies


Para mahir mengkategorikan serangan non-rabies berdasarkan perilaku para korban sebelum serangan dan motivasi serigala.


Diprovokasi


Serangan di mana korbannya (manusia) mengancam, mendisiplinkan, mengusik, menarik hati, atau menyerang serigala, anak anjing, keluarga, atau kawanannya diklasifikasikan selaku “diprovokasi,” “defensif,” atau “disipliner.” Para penyerang dalam perkara-perkara seperti itu sepertinya termotivasi bukan oleh rasa lapar, namun panik atau kemarahan dan keperluan untuk melarikan diri dari atau mengusir korban.


Contohnya yaitu serigala tawanan atau tangkaran yang menyerang pawang yang melaksanakan kekerasan; seekor induk serigala menyerang pejalan kaki yang berkeliaran di bersahabat anak-anaknya; serangan terhadap pemburu serigala dalam pengejaran aktif; atau serangan pada fotografer satwa liar, pengunjung taman, atau hebat biologi lapangan yang terlalu bersahabat dan mengganggu serigala. Meskipun serangan semacam itu mungkin masih berbahaya, serangan tersebut cenderung terbatas pada gigitan cepat dan tidak ditekan.


Tidak diprovokasi


Serangan tidak berdalih telah diklasifikasikan sebagai “predator,” “eksplorasi,” atau “investigasi” atau “agonistik.”


Predasi


Serangan serigala yang tidak berargumentasi yang dimotivasi oleh kelaparan dikategorikan sebagai “predasi.” Dalam beberapa perkara seperti itu, serigala yang berhati-hati dapat melancarkan serangan “pemeriksaan” atau “eksplorasi” untuk menguji kesesuaian korban sebagai mangsa. Seperti serangan defensif, serangan semacam itu tidak senantiasa ditekan alasannya adalah hewan tersebut mampu menghentikan serangan atau diyakinkan untuk mencari masakan lain di tempat lain.


Sebaliknya, selama serangan predator yang “gigih,” para korban mungkin berulang kali digigit di kepala dan tampang dan diseret serta dikonsumsi, kadang-kadang sejauh 2,5 km dari lokasi serangan, kecuali serigala atau golongan serigala itu diusir. Para mahir di India menggunakan istilah “mengangkat anak” untuk menggambarkan serangan predator di mana hewan itu diam-membisu memasuki gubuk saat siapa saja sedang tidur, menggendong seorang anak, kerap kali dengan gigitan di ekspresi dan hidung tanpa suara, dan menjinjing anak di kepalanya. Serangan semacam itu biasanya terjadi pada kelompok setempat dan umumnya tidak berhenti hingga serigala yang terlibat dibasmi.


Agonistik


Serangan agonistik tidak dimotivasi oleh rasa lapar atau ketakutan, melainkan oleh aksi; dirancang untuk membunuh atau mengusir pesaing dari sebuah daerah atau sumber makanan. Seperti serangan predator, serangan ini mungkin dimulai dengan atau dibatasi pada serangan eksplorasi atau pemeriksaan yang dirancang untuk menguji kerentanan dan penentuan korban. Bahkan saat ditekan hingga maut korban, serangan agonistik biasanya membuat tubuh korban tidak tergoda, setidaknya untuk sementara waktu.


Ciri


Habituasi


Serangan serigala lebih mungkin terjadi kalau didahului oleh kala habituasi yang usang, di mana serigala perlahan-lahan kehilangan rasa takutnya terhadap insan. Ini tampakdalam kasus yang melibatkan serigala Amerika Utara terhabituasi di Taman Provinsi Algonquin, Taman Provinsi Pulau Vargas dan Teluk Es, serta perkara abad ke-19 yang melibatkan serigala penangkaran yang melarikan diri di Swedia dan Estonia.


Musiman


Serangan predator dapat terjadi kapan saja sepanjang tahun, dengan puncaknya pada era Juni-Agustus, dikala kemungkinan acara orang memasuki tempat hutan (untuk menggembala ternak atau memetik berry dan jamur) meningkat, walaupun masalah serangan serigala non-rabies di musim hambar sudah dicatat di Belarus, distrik Kirovsk dan Irkutsk, di Karelia, dan di Ukraina. Serigala yang memiliki anak mengalami stres kuliner yang lebih besar selama abad ini.






style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-7391895975082225"
data-ad-slot="5956836164">








Usia dan jenis kelamin korban


Sebuah studi dari tahun 2002 di seluruh dunia oleh Institut Riset Alam Norwegia menunjukkan bahwa 90% korban serangan predator yakni bawah umur di bawah usia 18 tahun, terutama di bawah usia 10 tahun. Dalam perkara yang jarang terjadi di mana orang sampaumur terbunuh, korbannya nyaris senantiasa wanita. Ini konsisten dengan seni manajemen berburu serigala, di mana kategori mangsa yang paling lemah dan paling rentan menjadi sasaran.


Selain inferioritas fisik mereka, anak-anak secara historis lebih rentan kepada serigala sebab mereka lebih condong memasuki hutan tanpa pengawasan untuk memetik buah beri dan jamur, serta merawat dan mengawasi sapi dan domba di padang rumput. Meskipun praktik-praktik ini sebagian besar telah hilang di Eropa, praktik ini masih terjadi di India, di mana banyak serangan telah tercatat dalam beberapa dekade terakhir. Alasan lebih lanjut atas kerentanan belum dewasa yakni kenyataan bahwa beberapa orang mungkin salah mengira serigala selaku anjing dan alhasil mendekati mereka.


Liar vs. tawanan


Para andal mampu membedakan antara serangan serigala di penangkaran dan serigala liar, yang pertama mengacu pada serangan serigala yang tentu saja masih liar, dipelihara di penangkaran, mungkin sebagai hewan peliharaan, di kebun binatang, atau situasi serupa.


Sejarah dan pandangan di seluruh dunia


Eropa


Di Prancis, catatan sejarah yang dikumpulkan oleh sejarawan pedesaan Jean-Marc Moriceau memberikan bahwa selama masa 1362–1918, hampir 7.600 orang dibunuh oleh serigala, 4.600 di antaranya dibunuh oleh serigala non-rabies. Namun, hebat zoologi Karl-Hans Taake mendapatkan bukti bahwa banyak dari prasangka serangan serigala Perancis yang terjadi pada abad pemerintahan Louis XIV bekerjsama dilakukan oleh karnivora besar dari spesies lain yang melarikan diri dari penangkaran.


Sejumlah serangan terjadi di Jerman selama masa ke-17 setelah Perang Tiga Puluh Tahun, meskipun sebagian besar mungkin melibatkan serigala rabies. Meskipun Italia tidak mempunyai catatan serangan serigala sesudah Perang Dunia II dan pemberantasan rabies pada 1960-an, sejarawan yang meneliti catatan gereja dan manajemen dari daerah Lembah Po tengah Italia utara (yang meliputi bab dari Swiss modern) mendapatkan 440 masalah serigala menyerang orang antara era ke-15 dan ke-19.


Catatan kurun ke-19 menawarkan bahwa antara tahun 1801 dan 1825, ada 112 masalah serangan, 77 di antaranya menyebabkan kematian. Dari kasus ini, hanya lima yang dikaitkan dengan binatang rabies. Di Latvia, catatan serangan serigala rabies dimulai sejak dua abad lalu. Setidaknya 72 orang telah digigit antara tahun 1992 dan 2000.


Demikian pula, di Lituania, serangan oleh serigala rabies terus berlanjut sampai hari ini, dengan 22 orang telah digigit antara tahun 1989 dan 2001. Sekitar 82 orang digigit oleh serigala rabies di Estonia selama periode ke-18 sampai 19, dengan 136 orang yang lain dibunuh pada era yang sama oleh serigala non-rabies, meskipun kemungkinan hewan yang terlibat dalam masalah terakhir ialah variasi dari serigala-anjing hibrida dan melarikan diri dari serigala tawanan.


Rusia dan Uni Soviet


Seperti ilmuwan Amerika Utara di lalu hari (lihat di bawah), beberapa ahli zoologi Rusia sesudah Revolusi Oktober meragukan kebenaran catatan yang melibatkan maut akibat serigala. Yang menonjol di antara mereka yakni mahir zoologi Petr Aleksandrovich Manteifel, yang awalnya menganggap semua perkara selaku fiksi atau ulah binatang rabies. Tulisannya diterima secara luas di kalangan zoologi Rusia, meskipun dia kemudian mengubah pendiriannya saat diberi tugas untuk mengepalai komisi khusus sehabis Perang Dunia II untuk mengusut serangan serigala di seluruh Uni Soviet yang berkembangselama tahun-tahun perang.


Sebuah laporan disajikan pada bulan November 1947 yang menggambarkan berbagai serangan, termasuk yang dikerjakan oleh binatang yang tampaknya sehat dan menawarkan usulan perihal cara bertahan yang lebih baik dari serangan tersebut. Otoritas Soviet menangkal dokumen tersebut menjangkau publik dan mereka yang sebaiknya diperintahkan untuk mengatasi masalah tersebut. Semua penyebutan serangan serigala kemudian disensor.


Asia


Di Iran, 98 serangan dicatat pada tahun 1981, dan 329 orang diberi pengobatan untuk gigitan serigala rabies pada tahun 1996. Rekaman serangan serigala di India mulai disimpan selama pemerintahan kolonial Inggris pada era ke-19. Pada tahun 1875, lebih banyak orang dibunuh oleh serigala ketimbang harimau, dengan kawasan yang terkena imbas terparah yaitu Provinsi Barat Laut dan Bihar. Di daerah pertama, 721 orang dibunuh oleh serigala pada tahun 1876, sedangkan di Bihar, secara umum dikuasai dari 185 akhir hayat yang tercatat pada ketika itu terjadi pada umumnya di Divisi Patna dan Bghalpur.


Di United Provinces, 624 orang dibunuh oleh serigala pada tahun 1878, dengan 14 dibunuh pada periode yang sama di Bengal. Di Hazaribagh, Bihar, 115 anak tewas antara 1910 dan 1915, dengan 122 tewas dan 100 terluka di tempat yang sama antara 1980 dan 1986. Antara April 1989 sampai Maret 1995, serigala membunuh 92 orang di Bihar selatan, terhitung 23% dari 390 serangan mamalia besar pada insan di wilayah tersebut pada ketika itu. Catatan polisi yang dikumpulkan dari komunitas pertambangan Korea selama pemerintahan Jepang menunjukkan bahwa serigala menyerang 48 orang pada tahun 1928, lebih banyak dari yang diklaim oleh campuran babi hutan, beruang, macan tutul, dan harimau.


Amerika Utara


Tidak ada catatan tertulis sebelum penjajahan Eropa di Amerika. Sejarah mulut dari beberapa suku Pribumi Amerika memastikan bahwa serigala memang membunuh insan. Suku-suku yang tinggal di hutan lebih takut pada serigala ketimbang rekan mereka yang tinggal di tundra, sebab mereka dapat bertemu serigala secara tiba-datang dan dari jarak akrab.


Skeptisisme di kelompok ilmuwan Amerika Utara atas prasangka keganasan serigala dimulai dikala andal biologi Kanada Doug Clarke menilik serangan serigala historis di Eropa dan, berdasarkan pengalamannya sendiri dengan (mirip yang dirasakan olehnya) serigala yang relatif pemalu di hutan belantara Kanada, dia menyimpulkan bahwa semua sejarah serangan dilaksanakan oleh binatang rabies dan serigala yang sehat tidak menyebabkan bahaya bagi manusia.


Temuannya dikritik karena gagal membedakan antara serangan rabies dan serangan predator, dan fakta bahwa literatur sejarah berisi contoh orang yang selamat dari serangan pada dikala tidak ada vaksin rabies. Kesimpulannya mendapat pertolongan terbatas oleh mahir biologi tetapi tidak pernah disokong oleh United States Fish and Wildlife Service atau organisasi resmi yang lain. Pandangan ini tidak diajarkan dalam program administrasi serigala.


United States Fish and Wildlife Service menyimpulkan bahwa serigala sangat pemalu kepada insan, namun mereka merupakan pemburu oportunistik dan akan menyerang manusia jikalau ada potensi dan menyarankan semoga “tindakan yang mendorong serigala menghabiskan waktu di erat orang” tidak dikerjakan.  Namun pandangan Mr Clarke mendapatkan popularitas di kalangan orang awam dan penggagas hak-hak binatang dengan penerbitan buku semi-fiksi tahun 1963 Farley Mowat, Never Cry Wolf, dengan hambatan bahasa yang membatasi pengumpulan data lebih lanjut wacana serangan serigala di kawasan lain. Meskipun beberapa jago biologi Amerika Utara mengenali serangan serigala di Eurasia, mereka menganggapnya tidak relevan dengan serigala Amerika Utara.


Jumlah serigala secara konsisten menurun di seluruh AS selama masa ke-20 dan pada tahun 1970-an mereka hanya ada secara signifikan di Minnesota dan Alaska (meskipun dalam populasi yang sangat berkurang dibandingkan sebelum kolonisasi Eropa di Amerika). Penurunan interaksi manusia-serigala dan binatang ternak-serigala yang dihasilkan berkontribusi pada pandangan bahwa serigala tidak berbahaya bagi insan.


Pada tahun 1970-an, lobi pro-serigala bertujuan untuk mengganti sikap publik terhadap serigala, dengan frasa “tidak pernah ada perkara yang terdokumentasi ihwal serigala liar yang sehat menyerang insan di Amerika Utara” (atau variasinya) menjadi slogan untuk orang yang ingin membuat citra yang lebih konkret untuk serigala. Beberapa serangan non-fatal tergolong serangan 26 April 2000 kepada seorang anak pria berusia 6 tahun di Icy Bay, Alaska, secara serius menantang asumsi bahwa serigala liar yang sehat tidak berbahaya.


Peristiwa itu dianggap tidak biasa dan dilaporkan di surat kabar di seluruh Amerika Serikat. Menyusul peristiwa Icy Bay, ahli biologi Mark E. McNay mengumpulkan catatan pertemuan serigala-manusia di Kanada dan Alaska dari 1915 hingga 2001. Dari 80 konferensi yang diterangkan, 39 melibatkan sikap garang dari serigala yang sepertinya sehat dan 12 dari hewan yang dipastikan rabies.


Serangan fatal pertama di kala ke-21 terjadi pada 8 November 2005, ketika seorang pemuda dibunuh oleh serigala yang sudah terhabituasi ke orang-orang di Points North Landing, Saskatchewan, Kanada, sedangkan pada 8 Maret 2010, seorang perempuan muda terbunuh ketika jogging di akrab Chignik, Alaska.




style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-7391895975082225"
data-ad-slot="9000774237">








style="display:block"
data-ad-format="autorelaxed"
data-ad-client="ca-pub-7391895975082225"
data-ad-slot="8279090634">




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel