Banjir Bengawan Jero Lamongan Meluas, 8 Ribu Rumah Warga Terdampak
LAMONGAN, – Meski Pemerintah Kabupaten Lamongan sudah berusaha menangani banjir dengan membersihkan enceng gondok di aliran Bengawan Jero, ternyata banjir masih meluas.
Menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, hingga ketika ini tidak kurang dari 8 ribu rumah warga terdampak luapan Bengawan Jero tersebut. Mereka tersebar di 7 kawasan kecamatan yakni Kecamatan Deket, Glagah, Karangbinangun, Kalitengah, Turi, Pucuk dan Karanggeneng.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan Mugito mengatakan, banjir kali ini ialah banjir yang terparah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dia menyebut banjir tahun ini bertepatan dengan puncak musim hujan.
“Totalnya ada 8 ribu rumah warga yang terdampak banjir di 54 desa. Iya gampang-mudahan banjir ini secepatnya surut dan aktivitas penduduk bisa kembali normal,” kata Mugito, Sabtu (16/1/2020).
Pemerintah sendiri saat ini sudah melakukan beberapa upaya dalam menanggulangi pengaruh banjir, seperti pembersian enceng gondok yang menghalangi anutan sungai Bengawan Jero, serta menawarkan obat-obatan terhadap warga yang terdampak dan mendistribusikan air higienis.
“Kita terus berupaya biar banjir ini tidak makin meluas, diperkirakan air tidak akan surut malah tambah banyak bila turun hujan deras dengan durasi yang usang,” jelasnya.
Ardyansah (46), salah satu warga Desa Tiwet, Kecamatan Kalitengah mengaku. Banjir Bengawan Jero, selain menggenangi rumah warga, banjir juga menimbulkan perekonomian penduduk terhenti.
Pasalnya sejak banjir melanda, warga yang umumnya berprofesi sebagai petani dan petambak tidak lagi mampu bekerja karena sawah dan tambak ikannya pun terendam air.
“Kami tidak mampu berbuat apa-apa sejak banjir melanda dan ini sangat berpengaruh kepada perekonomian kami,” kata Ardy.
Lebih jauh Ardy juga kesulitan saat hendak melakukan aktivitas, seperti menjual ikan hasil tangkapan ke pasar dan berbelanja kebutuhan sehari-hari untuk keperluan hidup harus memakai perahu sebagi alat transportasi.
Namun transportasi sungai yang biasa dilalui saat ini tidak mampu, karena sungai yang lazimnya dilalui masyarakat dengan bahtera dipenuhi enceng gondok.
“Ya sejak terjadinya banjir, kami mengunakan bahtera sebagai alat transportasi dan ini juga kita kerjakan saat banjir terjadi pada tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Ardy.