-->

Den Gus Yeyen : Telah Waktunya Seniman Jember Tak Hanya Jadi Dekorasi Kepentingan

JEMBER, -Tahapan kampanye Pilkada Jember tengah berjalan. Para paslon berlomba menjadi pihak yang paling peduli terhadap banyak hal. Termasuk nasib para seniman.


“Kalau boleh bicara, sedih melihat nasib seniman cuma dibicarakan saat momen-momen tertentu saja. Apalagi pas ketika penuhkepentingan,” kata Den Gus Yeyen terhadap m


H. Agus Abdul Majid atau bersahabat disebut Den Gus Yeyen, yakni praktisi dan pelaku seni yang hampir lima tahun ke belakang ini keliling Jember untuk menginventarisir dan mengarsipkan karya kesenian setempat untuk kepentingan bukunya. Tidak hanya yang berbasis tradisi namun juga seni modern dan populer.


“Insyaallah aku sedang menuntaskan buku yang nantinya akan menjadi diskografi perjalanan identitas kesenian di Jember,” ungkapnya.


Naskah yang telah setengah jalan ditulisnya itu, rencananya juga akan diaplikasikan dalam platform media visual.


“Ya, nantinya saya juga dibantu kawan untuk menciptakan dokumenter perjalanan dari pekerjaan ini,” kata laki-laki yang juga sukses memiliki perjuangan kuliner hingga membuka banyak sekali cabang di Jember ini, menambahkan.


Kembali menyoroti nasib seniman di Jember, Den Gus Yeyen mengungkapkan bahwa dominan seniman di Jember masih jauh dari apresiasi dan atensi atas hasil karyanya.


Produk budaya yang populer saja telah cukup susah untuk hidup, terlebih nasib seni tradisional yang sungguh kelemahan ruang keberadaan berupa panggung dan penghargaan.


“Dari banyaknya diskusi yang aku lakukan dengan para seniman ini, mereka itu cuma butuh ruang aktualisasi diri untuk menyebarkan potensinya dan syukur-syukur mampu dapat panggung untuk hidup dari sana,” kata Den Gus Yeyen dengan nada yang mirip menahan geram.


Lebih lanjut beliau menyayangkan para paslon yang datang-datang muncul dan menyatakan dirinya paling peduli kepada nasib seniman.


Den Gus Yeyen bekerjsama bersyukur lazimnya pada abad Pilkada seperti ini, banyak bermunculan panggung-panggung untuk para seniman menerima job. Hanya saja, esensinya tidak sekedar bersifat seremonial seperti itu.


“Saran aku, cari paslon yang memang peduli nasib seniman, bahkan jauh sebelum periode kampanye ini berjalan. Sudah waktunya seniman tidak cuma jadi hiasan kepentingan!” tandasnya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel