-->

Kelaparan, Art Di Kota Probolinggo ‘Melompat’ Dari Lantai 2 Rumah Majikannya

PROBOLINGGO, -Pariyem (44), seorang asisten rumah tangga (ART), kabur dengan cara ‘melompat’ dari lantai 2 rumah majikan, selasa (16/2/2021).


Ia mengaku kelaparan, sedangkan rumah majikannya yang megah di Jalan Ir Juanda, Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo tersebut dikunci. Kini beliau mampu menghirup bernapas lega, setelah 6 tahun tidak bisa keluar dari rumah majikannya. ART mengaku sudah beberapa tahun tidak mendapatkan honor.


Perempuan beranak satu in, sekarang tinggal di rumah Chandra anak tirinya, di jalan Panglima Sudirman, Gang Priksan, Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.


Perempuan kelahiran Surakarta (Solo) Jawa Tengah ini, kabur dari rumah majikannya, Selasa (16/02/21) sekitar pukul 02.00 dini hari.


Pariyem melarikan diri dengan cara turun dari lantai 2, lokasi kamar tidurnya. Alasannya, alasannya seluruh pintu rumah di Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Mayangan tersebut terkunci.


Pelariannya diketahui warga dan Pariyem diamankan. Ia kemudian dipertemukan dengan keluarga majikannya disaksikan tiga pilar. Yakni, perangkat kelurahan lokal, Babinkamtibmas dan Babinsa setempat.


“Akhirnya kami diantar ke sini. Ini rumah anak tiri. Saya enggak punya rumah,” kata Pariyem, Selasa (16/02/21) sore.


Pariyem berterus jelas, selama 6 tahun bekerja selaku ART di rumah pasangan suami istri MN dan Usman sejak tahun 2014 sampai sekarang, hanya sekali menerima uang dari MN, sebesar Rp500 ribu. Yakni, dikala menjelang lebaran.


“Tapi tadi pagi telah dibayar. Jumlahnya sekitar Rp 12 juta,” katanya. Selain itu, Pariyem sering mendapat umpatan kata-kata bernafsu dari majikan perempuannya dan jarang makan.


Meski lapar ia tahan, alasannya adalah kalau meminta ditampar oleh MN. Tak hanya soal makan, Pariyem yang tinggal bareng putrinya di rumah majikannya tersebut, sering dipukul, jika melakukan sesuatu tidak sesuai.


Bahkan, putrinya itu pernah ditendang. Disamping itu bocah yang masih berusia 10 tahun tersebut tidak sekolah sebab tidak ada yang mengirim .


Putrinya sempat mengenyam pendidikan 2 tahun, sesudah itu berhenti. “Sekolah hingga kelas 2 di Sekolah Dasar Negeri Kanigaran. Awalnya dikirim majikan wanita. Terus tidak dikirim ,” katanya.


Karena tidak ada yang mengirim , lalu putrinya berhenti alias tidak bersekolah. Pariyem tidak mampu mengantar anaknya ke sekolah alasannya adalah dilarang keluar rumah.


Ditambahkan, selama bekerja di rumah MN, kebutuhan makannya dicukupi Usman suami MN berikut anak-anaknya. “Saya mampu bertahan hidup karena diberi makan bapak sama anak-anaknya. Mereka baik. Tapi memberi dengan cara sembunyi-sembunyi. Kalau pas tidak ada juragan perempuan,” ungkapnya.


Chandra Hidayat (30) anak tiri Pariyem kecewa dan prihatan dengan perlakuan MN yang memperlakukan ibu tirinya seperti itu. Meski begitu, ia menyerahkan sepenuhnya dilema tersebut ke Pariyem.


“Kalau saya sih tergantung ibu. Kalau tidak menuntut, ya tidak persoalan. Kan gajinya telah dibayar, jumlahnya Rp 12, 6 juta. Mau gimana lagi, pak Usman telah meminta maaf ke kami,” katanya.


Dijelaskan, sejak 2014 sampai kini Chandra tidak pernah berjumpa dengan Pariyem, sehingga ia tidak tahu kabar dan keberadaan ibu tirinya.


Pariyem, lanjutnya tahun itu dibawa Slamet, warga Kebonsari Kulon untuk dinikahi. “Saya izinkan alasannya adalah niatnya baik. Sejak itu tidak ada kabar. Tahunya sesudah insiden tadi malam. Saya dikasih tahu Pak RW sini, lalu meluncur ke Tisnonegaran. Terus ibu saya bawa ke sini,” katanya.


Diceritakan, Pariyem awalnya istri Hasan Suparman orang tua Chandra. Kemudian tahun 2013, Hasan Suparman meninggal dunia dan setahun lalu, ibu tirinya dibawa Slamet untuk dinikahi.


“Saudara saya 4 orang dengan ibu pertama (Suryati). Kalau bapak dengan Pariyem punya anak satu. Ya, bocah ini anaknya. Dengan aku satu bapak, beda ibu,” katanya.


Meski ibu tiri, Chandra berharap Pariyem tinggal bersamanya. Ia akan tetap merawat ibu tiri dan putrinya. Terutama soal pendidikan anak Pariyem. “Harus kumpul dengan kami. Sekolahnya nanti saya urusi. Ya, ia harus sekolah lagi,” pungkasnya.


Terpisah Usman suami MN mengklarifikasi pernyataan Pariyem. Menurutnya, problem makan tidak ada problem, sebab pihaknya telah menyanggupi kebutuhan makanan anak ibu tersebut tiga kali dalam sehari. “Kalau ada kue, kadang juga dia kami beri,” ujarnya.


Tentang honor, Usman menyampaikan telah klir tidak ada duduk perkara. Pihaknya telah membayar seluruh gaji Pariyem, selama bekerja di rumahnya.


“Gajinya saya tabung dan tadi pagi sudah kami tarik. Sudah saya

berikan. Dia telah membuatpernyataan tidak akan mempersoalkan permasalahan ini. Sudah kami tuntaskan secara kekeluargaan,” pungkasnya.


Plt Polsek Mayangan, Polres Probolinggo Kota AKP Suharsono menyampaikan dilema telah dituntaskan secara tenang, termasuk gaji selama menjadi ART sudah dibayar. “Disaksikan tiga pilar, pihak kelurahan, Babinkamtibmas dan Babinsa,” katanya.


Disebutkan, Pariyem melakukan pekerjaan ke penghuni rumah tahun 2015 dan tinggal di rumah tersebut bareng putrinya yang berusia 10 tahun. Pada Selasa dini hari, Pariyem turun dari lantai dua menuju lantai pertama, kemudian menuju ke jalan untuk mencari masakan.


“Dia bilang ke warga mau cari masakan alasannya adalah lapar. Lalu oleh warga diantar ke rumah majikannya untuk meminta pertanggungjawaban. Permasalahan ini tertuntaskan secara kekeluargaan dan damai. Sudah saling memaafkan,” pungkasnya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel