-->

Kolak Srikaya, Masakan Khas Kampung Pekauman Sidoarjo, Cuma Ada Dikala Ramadan

SIDOARJO, – Kolak menjadi salah satu hidangan favorit santapan ringan buka puasa di bulan bulan puasa. Kuliner khas nusantara itu begitu mudah ditemui dikala bulan Ramadan, termasuk bagi penduduk di wilayah Kabupaten Sidoarjo.


Keberadaan penjual kolak di Sidoarjo bisa ditemui di mana pun menjelang buka puasa. Namun, bagi sebagian orang mungkin nama kolak srikaya masih terdengar ajaib.


Ya, tentu saja bagi yang belum tahu akan membayangkan bahwa kolak srikaya pasti berisi buah srikaya. Salah! Sama sekali tidak ada buah srikaya dalam menu kolak yang cuma mampu didapatkan di kampung Pekauman, Sidoarjo itu. Itu pun hanya pada bulan Ramadan, yang lain tidak.


Kolak srikaya hanya istilah khas saja dari kolak yang dibuat oleh pasangan Rafi Ahmad dan Ifa Mutia. Nama srikaya tidak ada sangkut pautnya dengan isi kolak.


Pasutri itu setiap bulan puasa akan membuka lapak di di sebelah selatan Masjid Jami’ Al-Abror, Kelurahan Pekauman, Kecamatan Sidoarjo. Kira-kira 100 meter dari masjid yang diyakini tertua di Kota Delta itu.


Di lokasi itu cuma ada satu lapak menggunakan meja yang menjual hidangan takjil. Itu lapak Rafi Ahmad dan Ifa Mutia yang menyajikan kolak srikaya dalam kemasan mangkuk plastik. Lapak itu gres buka mulai pukul 15.00 WIB sampai waktu berbuka puasa.


“Kolak srikaya ini cuma ada kami jual dikala bulan bulan rahmat saja,” kata Ifa Mutia, pembuat dan pedagang kolak srikaya, Rabu (21/4/2021).


Di luar bulan bulan puasa, sebut ia, kolak srikaya dipastikan tidak akan ditemui.


“Karena ini untuk menu buka puasa saat bulan berkat,” jelasnya yang mengaku dalam sehari di tengah pandemi covid-19 ini hanya menciptakan 100 kemasan saja. Ia menyebut kolak srikaya dijual dengan harga terjangkau, Rp 6.000 per mangkuk.


Tidak ada pedagang kolak srikaya selain Rafi Ahmad dan Ifa Mutia. Keduanya mengklaim kolak srikaya ialah resep turun-temurun leluhunya yang tetap dijaga dari generasi ke generasi.


“Sudah turun temurun, kami generasi ketiga dan tetap menjaga resep warisan ini,” terperinci Rafi Ahmad.


Pasutri itu bahkan tidak tahu mengapa kolak racikan khas leluhurnya itu diberi nama kolak srikaya. Yang ia tahu, semenjak ia kecil nama itu telah menempel dengan resep kolak keluarganya yang cuma dijual ketika bulan pahala.


Kolak srikaya bahu-membahu tak jauh berbeda dengan kolak kebanyakan. Bahan-bahan yang digunakan menciptakan kolak ini sama, di antaranya gula, garam, santan kental, daun pandan, pisang raja, roti tawar sampai kolang kaling.


Hanya ada satu yang berlawanan, ialah telur. Cara mengolah masakan kolak srikaya yang dikukus bareng mangkok selama 20-30 menit, disebut-sebut oleh Rafi Ahmad, juga teknik yang khas.


Hasilnya memang berlawanan dengan kolak lainnya. Saat dimakan, rasanya manisnya tidak berlebihan dan menimbulkan efek enek. Karena itu, kolak srikaya ini sangat cocok dimakan untuk berbuka puasa.


 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel