-->

Korban Terbakar Di Pabrik Mi Lidi Jember Cuma Rawat Jalan, Dengan Pengobatan Seadanya

JEMBER, -Roni Habibilah, warga Jalan Gurami, Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, mengalami luka bakar 75 persen pada tubuhnya akibat kebakaran di Pabrik Mi Lidi, Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates, Selasa 8 Juni 2021 kemudian.


Kejadian kebakaran di dapur tempat kerja pria berumur25 tahun itu, diduga alasannya kebocoran selang tabung gas elpiji 3 Kg yang kemudian menyambar kobaran api. Saat itu, sedang mengolah makanan bahan untuk menciptakan mie lidi.


Karena keterbatasan biaya, perusahaan pabtik mi lidi tempatnya melakukan pekerjaan , korban harus pulang paksa dan menjalani rawat jalan di rumah.


Dari gosip yang dihimpun wartawan di lapangan, korban yang mengalami luka bakar cukup parah ada 4 orang. Yakni Roni Habibilah warga Jalan Gurami, Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Kaliwates, Lailatul Hikmah warga Dusun Cangkring Baru, Desa Cangkring, Kecamatan Jenggawah.


Kemudian Maulana Ishak warga Dusun Besuk, Desa Wirowongso, Kecamatan Ajung, dan Ahmad Faris warga Lingkungan Karang Mluwo, Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates.


Keempat korban ialah pekerja di daerah bikinan Mi Lidi di Lingkungan Karang Mluwo, Kelurahan Mangli, Kecamatan Kaliwates.


Terkait bencana alam kebakaran itu, menurut Jaiyah, ibu korban Roni Habibilah, perusahaan tempat kerja anaknya, telah menyanggupi tanggungjawabnya.


Tapi alasannya adalah kekurangan biaya, dan ketiadaan BPJS Ketenagakerjaan, anaknya dan 3 korban lainnya mesti pulang paksa dan menjalani rawat jalan di rumah masing-masing.


“Saya rawat sendiri bersama saudara-saudaranya sendiri. Karena duit darimana untuk merawat di rumah sakit. Untuk perawatan kemarin kita juga keluar uang sekitar Rp 5,5 juta,” jata Jaiyah di rumahnya, Minggu (20/6/2021).


Namun karena harus merawat sendiri di rumah, penyembuhan luka bakar tidak optimal.


“Saya tidak tega, tetapi bagaimana lagi. Anak saya pun tidak tega terhadap saya. Bahkan ada yang akan bantu bawa ke rumah sakit, beliau tidak mau. Karena kasihan kepada saya. Khawatir setelah di rumah sakit, malah pulang paksa lagi,” katanya.


Luka bakar 75 persen yang dialami anaknya, katanya, semestinya dirawat dengan operasi. “Kurang lebih ongkosnya Rp 60 juta. Saat itu kita bingung. Tempat kerjanya buat (pabrik) mi lidi itu juga perusahaan kecil. Juga tidak diikutkan BPJS Ketenagakerjaan,” katanya.


“Seandainya ikut, bisa ada pinjaman. Tapi ya gimana lagi,” katanya.


Untuk perawatan dan istirahat di rumah, pantauan wartawan di rumah korban Roni, cuma dilakukan dengan pengobatan ala kadarnya.


“Seperti ketika tidur, alasnya pakai ganjal dan ada daunnya. Agar tidak blenyek (bernanah). Tidak tega saya. Tapi bagaimana lagi, kami bukan orang kaya. Uang darimana buat operasi,” ucapnya.


Terkait kejadian yang menimpa para tenaga kerja di pabrik bikinan Mi Lidi itu, dikenali sebuah kalangan sosial Rumah Aspirasi Jember (Raje).


Ketua Raje Yek Imam menyampaikan, mendapat isu adanya korban kebakaran dan mesti pulang paksa menciptakan pihaknya tiba menjenguk para korban.


“Korban ada 5 sudah dirujuk ke RS dr Soebandi, namun karena perusahaan home industry, jadi mengalami kekurangan biaya, sehingga sempat pulang paksa. Ada BPJS Kesehatan namun tidak mampu mengkover semua biaya perawatan (tergolong operasi),” kata Yek Imam dikala dikonfirmasi sejumlah wartawan.


Untuk korban wanita. Lailatul Hikmah, katanya, saat ini kembali menjalani perawatan di RS Paru Jember sesudah sebelumnya sempat pulang paksa.


“Kemudian menyusul Roni ini untuk kembali dirawat di RS dr. Soebandi, dan nanti menyusul korban-korban lain,” katanya.


“Kita diskusikan, dan masing-masing korban ini memerlukan biaya kurang lebih Rp 60 juta untuk operasi. Ini masih kita upayakan, dan menelepon anggota dewan (DPRD Jember). Kejadiannya kurang lebih 2 minggu lalu, upaya selanjutnya untuk mengajukan SPM juga ke desa, dan akan kita upayakan mampu pertolongan, karena orang tidak mampu,” katanya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel