-->

Maya Cendrawasih, Sosok Pejuang Pencegah Stunting Di Jember, Tak Kendor Saat Pandemi

JEMBER, -Maya Cendrawasih (43), barangkali termasuk sosok wanita yang jarang didapatkan. Perempuan keturunan Tionghoa ini selama tiga tahun fokus berjuang dalam pencegahan stunting di wilayah Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk, Jember.


Stunting sendiri secara sederhana diartikan selaku kondisi tinggi tubuh anak yang jauh lebih pendek dibanding tinggi tubuh anak seusianya.


Keakraban beliau dengan aktivitas pencegahan stunting berawal dari senangnya beraktivitas sosial. Wanita yang erat disapa Maya ini hingga di Desa Panduman yang mempunyai masalah gizi jelek, sampai berakhir pada masalah keadaan stunting.


Meskipun bukan orisinil warga Jember (sebab dia pindahan dari Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi), upaya mencari donatur pemberian, dan masakan bergizi untuk mengatasi persoalan stunting sudah usang dilakukan olehnya.


Kini dikala pandemi Covid-19, persoalan stunting di Desa Panduman belum simpulan. Bahkan terakhir, persoalan stunting di Jember itupun menjadi perhatian dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.


Karena Kabupaten Jember tergolong peringkat atas, untuk duduk perkara ajal Ibu dan Bayi (anak), sekaligus problem stunting.


“Untuk membicarakan soal stunting, yang utama mengatasinya adalah memberikan masakan pelengkap, dan susu. Kita juga melihat kondisi orang tuanya, yang sungguh-sungguh minus ekonominya, dan meskipun mendapat bantuan sembako, keadaan stunting juga masih parah,” kata Maya di Desa Panduman, Rabu (10/3/2021).


Persoalan stunting, kata Maya, diawali dari keadaan kekurangan gizi, yang diistilahkan dan digambarkan. Kondisi bayi, balita, atau belum dewasa. Dengan bobot, tinggi badan, dan umur yang tidak seimbang.


“Contohnya, kasus yang pernah saya pahami sekitar 2018 lalu. Bocah perempuan usia 3 tahun, berlawanan dengan anak seusianya. Ia hanya bertinggi badan 71 sentimeter. Beratnya 8 kilogram. Ini membuatnya seperti balita 1 tahun. Pemberian ASI kurang, harus ada asupan gizi pemanis,” kata Maya yang semenjak 2005 tinggal di Jember itu.


Padahal dikala lahir, kata Maya, kondisinya wajar . “Tapi perkembangannya lambat. Awalnya sebelum stunting, diawali dari istilah bayi atau balita BGM (Bawah Garis Merah) artinya tidak sebanding antara bobot, tinggi badan, dan umurnya. Ini yang aku harap jadi perhatian,” kata wanita yang sama sekali tidak berlatar belakang ilmu kesehatan ini.


Maya menyampaikan, dirinya sering berkomunikasi dengan tenaga kesehatan di Desa Panduman, Kecamatan Jelbuk itu. “Pada 2021 ini, dari data yang aku mampu, ada 122 anak masuk kategori pendek dan sungguh pendek 87 anak. Total ada 199 di satu desa saja. Di Jember banyak. Saya belum update data lagi,” katanya.


Maya yang bersahabat dengan relawan sosial bahkan juga TRC BPBD Jember ini mengungkapkan selama ini terkait usaha melawan stunting, dirinya dibantu donatur. Namun tidak sedikit beliau merogoh kocek pribadi untuk kegiatannya.


“Kami kan swasta, gak mampu ‘cover’ seluruhnya, jikalau lapor dinsos ya wis tuwuk (sering, red) dibantu. Tapi paling tidak, yang kami cover itu ada peningkatan berat tubuh, itu dasarnya,” kata Maya.


Selain upaya menunjukkan santunan, katanya, upaya lain lewat jalan edukasi ke orang tua anak juga dikerjakan olehnya.


“Edukasi kepada emak-emak biar anaknya kalo tidak mau makan jangan dikasih makanan ringan yang tidak ada gizinya. Juga ngobrol dengan mereka ihwal faedah kelor, bahan kuliner murah meriah di sekeliling mereka yang kandungan gizinya tinggi,” ungkapnya.


Aktivitas menangani stunting ini antara lain dengan rutin berkeliling desa, untuk menimbang bobot dan mengukur tinggi badan anak.


“Jadi setiap anak-anak yang mendapat jatah susu pasti kami timbang, dan kami punya datanya jika perkembangan tinggi dan berat badan ada kenaikkan. Itu rumus dasar, sehingga tahu perkembangannya,” ucap Maya.


Di tengah Pandemi Covid-19, Maya tidak mengendorkan perjuangannya untuk menanggulangi stunting.


“Tapi kemampuan saya terbatas. Pandemi Covid-19 tidak jadi argumentasi untuk mengalah. Saat ini cuma di satu desa. Sedangkan di Jember soal stunting ini banyak. Adanya arahan Gubernur Khofifah soal AKI (Angka Kematian Ibu), Angka Kematian Bayi (AKB) dan anak, semoga menjadi perhatian lebih baik dari pemerintah,” katanya.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel