Misteri Kota Rhinocolura, Berpenduduk Para Kriminal Berhidung Gruwung
SURABAYA, – Di erat kota Gaza, 3.000 tahun yang kemudian, terhampar suatu kota asing yang tidak mirip kota yang lain di dunia.
Orang Yunani menyebutnya Rhinocolura, penamaan kota yang ditujukan untuk wajah gila penduduknya yang tidak memiliki hidung alias gruwung. Penduduk kota ini semuanya adalah kriminal yang dieksekusi potong hidung dan diasingkan. Rhinocolura ialah penjara mereka.
Penduduk kota itu tidak pernah lagi bisa keluar dari Rhinocolura dan kembali ke masyarakatnya. Kalaupun seseorang berhasil melarikan diri melewati tembok kota, hidungnya yang terpotong akan memberitahukan kepada khalayak bahwa ia adalah seorang kriminal.
Satu-satunya pilihan bagi mereka yakni bertahan di kota itu dan mencoba mencari semacam kehidupan baru di balik tembok kota.
Seseorang di sana mungkin tetap menjadi kriminal, tidak mengganti hidupnya. Tapi, setidaknya korbannya yaitu rekan ia sendiri sesama kriminal, bukan warga pada umumnya.
Kehidupan di sana brutal dan keras. Hampir tidak ada sumber air yang mampu didapat kecuali sumur tercemar yang terkubur di bawah tanah.
Namun, penduduk di kota itu ternyata bertahan. Kelangsuangan hidup mereka mengandalkan kegiatan menangkap ikan di maritim dengan jaring alang-alang dan berburu burung puyuh.
Rhinocolura bukan cerita
Rhinocolura yaitu kota yang pernah ada di bumi ini. Kota dari waktu yang berlainan, dikala kejahatan dan eksekusi dibalas mata ganti mata.
Rhinocolura adalah kota ajaib di mana orang-orang dengan hidung terpenggal berjuang untuk bertahan hidup. Pada masanya, apa yang dialami oleh mereka adalah langkah-langkah kebajikan dari penguasa yang lunak.
Kota ini kemungkinan dibangun sekitar 1.300 SM. Penulis Yunani, Romawi, dan Yahudi kuno seluruhnya menyebut kota itu. Tetapi, dikala para penulis ini hidup, kota itu hanyalah kota lazimdengan orang-orang normal.
Pada dikala itu, abad lalunya yang gila telah menjadi legenda. Kebenaran sejarahnya sudah dikacaukan, dan orang-orang yakin bahwa itu dibangun sekitar 500 SM oleh seorang raja Ethiopia yang bagus hati dan sukses menggulingkan firaun. Arkeologi, bagaimanapun, menawarkan sebaliknya.
Pada tahun 1880-an, seorang arkeolog mendapatkan bukti bahwa kota penjahat yang tidak memiliki hidung itu betul-betul ada. Legenda yang beredar pada tahun 30 SM memang benar – tetapi itu ialah cerita yang jauh lebih bau tanah dari yang mereka sadari. Pada ketika itu, kisahnya telah hidup selama 1.300 tahun.
Pengirim terpidana ke Rhinocolura
Penemuan itu ialah lempengan watu yang menguraikan hukum seorang firaun yang memerintah antara 1321 hingga 1293 SM.
Dalam lempengan tersebut, beliau menyebut kota itu Tharu, namun ini, secara lazim diyakini, hanyalah nama Mesir untuk Badak.
Tablet itu memperingatkan biar tidak mencuri dari siapa pun yang bekerja untuk melayani firaun.
“Ini salah,” tablet itu menyatakan, “dan Firaun akan menekannya dengan tindakannya yang luar biasa.”
Langkah-langkah hebat ini sangat sesuai dengan cerita Rhinocolura: “Hidungnya akan dipotong, dan dia akan dikirim ke Tharu.”
Horemheb mungkin membangun kota itu, namun sepertinya dia bukan orang terakhir yang menggunakannya. Tradisi memangkas hidung sudah berlangsung lama.
Hampir 150 tahun kemudian, sesudah istri Ramses III menggorok lehernya dalam tidurnya, rekan konspiratornya dijatuhi eksekusi dicabut hidungnya. “Hukuman dieksekusi,” laporan itu menyatakan, “dengan hidung dan telinga.”
Para kriminal berhasil membangun Rhinocolura
Kehidupan di Rhinocolura, tidak disangsikan lagi tentu saja brutal, dan pasti terasa seperti hukuman mati bagi orang-orang yang dikirim ke sana.
Namun terlepas dari betapa sulitnya hidup di sana, sesuatu yang hebat muncul dari kota itu.
Sekitar 10 tahun yang lalu, para arkeolog sungguh-sungguh menemukannya. Kesimpulannya yaitu Rhinocolura bukan daerah orang-orang yang putus asa. Terbukti bahwa Rhinocolura menjadi salah satu kota terbesar di Mesir kuno.
Rhinocolura ialah benteng besar yang dijaga oleh tembok sepanjang 1.640 kaki (499,87 meter) dan menara setinggi 66 kaki (20,12 meter).
Pada masanya, itu yaitu kota yang gigih. Itu secara terencana dikunjungi oleh raja-raja, dan tidak ada prajurit yang sukses menaklukkannya.
Tembok ini dibangun sekitar 3.000 tahun yang kemudian – sekitar waktu yang serupa saat Horemheb mulai mengantartahanan ke sana.
Penulis Yunani Herodotus melaporkan seorang firaun kuno, yang diyakini selaku pendiri Rhinocolura, menghukum penjahat untuk membangun tembok yang sungguh tinggi, bahkan tertinggi di Mesir.
Ini memberi sedikit secercah harapan soal kota Rhinocolura. Orang-orang yang tinggal di sana niscaya berjuang melalui kehidupan yang merepotkan, namun mereka diberi kesempatan kedua, berbuat baik dengan membangun kota besaar yang kemudian diingat selama ribuan tahun.
***