Polemik Hilangnya Pendiri Nu Dari Kamus Sejarah Indonesia, Tebuireng: Tak Patut Jadi Referensi!
JOMBANG, –Polemik terkait draf naskah buku Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang tidak mencantumkan tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syech Hasyim Asy’ari, ditanggapi pihak Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng Jombang.
Selain selaku pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari juga pendiri Ponpes Tebuireng.
Humas Ponpes Tebuireng, Nur Hidayat, menyampaikan pernyataan sikap, terkait beredarnya softcopy Kamus Sejarah Indonesia Jilid I (Nation Formation) dan Jilid II (Nation Building) yang diterbitkan Direktorat Sejarah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Dalam rilis yang diterima FaktualNews,co, Ponpes Tebuireng membeberkan pernyataan perilaku berisikan lima poin.
Pertama, naskah Sejarah Indonesia tersebut sama sekali tidak layak dijadikan tumpuan bagi praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia.
“Karena banyak berisi materi dan framing sejarah yang secara terencana dan sistematis telah menetralisir peran Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama, terutama tugas Hadlratus Syaikh KH Mohammad Hasyim Asy’ari,” kata pernyataan sikap itu, Selasa (20/4/2021).
Kedua, di antara framing sejarah yang secara terorganisir dan sistematis telah menetralisir tugas Nahdlatul Ulama dan para tokoh utama Nahdlatul Ulama sebagaimana dimaksud dalam butir 1 (satu) di atas adalah tidak adanya lema Nahdlatul Ulama dan KH. Hasyim Asy’ari dalam Jilid I dan Jilid II Kamus Sejarah Indonesia tersebut.
Ketiga, kalau dicermati lebih dalam, narasi yang dibangun dalam kedua jilid Kamus Sejarah Indonesia tersebut tidak cocok dengan kenyataan sejarah, alasannya cenderung mengunggulkan organisasi tertentu dan mendiskreditkan organisasi lainnya.
“Hal ini memperlihatkan bahwa naskah tersebut tidak pantas menjadi acuan para praktisi pendidikan dan pelajar Indonesia. Di luar itu, banyak kekurangan substansial dan redaksional yang mesti dikoreksi dari konten Kamus Sejarah Indonesia tersebut,” tulis poin ketiga pernyataan sikap.
Keempat, sejarah suatu bangsa sungguh penting untuk membangun peradaban di kurun yang mau tiba. Tidak ada satu bangsa yang menjadi besar tanpa memahami dan mempelajari sejarah leluhurnya. Karena itu, penulisan sejarah yang jujur ialah tanggung jawab semua komponen bangsa.
Kelima, berkenaan dengan hal-hal tersebut, Pesantren Tebuireng Jombang menuntut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mempesona kembali naskah tersebut dan meminta maaf terhadap seluruh bangsa Indonesia atas kecerobohan dan kelalaian dalam penulisan kamus sejarah tersebut.
Sebelumnya, Ketua Umum NU Circle Gatot Prio Utomo memprotes Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim karena Kamus Sejarah Indonesia Jilid I yang diterbitkan Kemendikbud menetralisir pendiri NU, Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari.
“Kami tersinggung dan kecewa atas terbitnya Kamus Sejarah Indonesia ini. Kamus itu menampung foto Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari tetapi tidak ada ‘entry’ nama ia sehingga berpretensi menghilangkan nama dan rekam jejak sejarah ketokohanya,” kata Gatot dalam situs resmi NU Circle.
“Kami meminta kamus itu direvisi dan ditarik dari peredaran,” lanjutnya.