Ponpes Nurul Huda Surabaya Telah Terapkan Pembelajaran Tatap Tampang
SURABAYA, -Seperti tahun kemudian, pada bulan ampunan tahun ini umat muslim menjalani puasa dalam situasi yang tidak biasa, yaitu di tengah pandemi Covid-19.
Namun, tahun ini situasi agak berbeda. Meskipun kita semua belum keluar dari suasana pandemi Covid-19, sejumlah pergantian dalam bentuk pelonggaran aturan telah diberikan.
Seperti pembelajaran tatap paras (PTM) sudah mulai dibolehkan. Tentu saja, syaratnya tetap dengan penerapan disiplin protokol kesehatan (prokes) yang ketat.
Salah satu forum pendidikan yang sudah menerapkan PTM adalah Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Huda di Jalan Sencaki, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya.
Pengasuh Ponpes Nurul Huda, menyatakan saat ini mencar ilmu mengajar sudah menggunakan metode tatap muka. Meski ada pembatasan jumlah siswa (santri) ditengah Pandemi Covid-19. Selain itu, ada pula tata cara belajar yang menggunakan ‘Luring’ maupun ‘Daring’.
“Sekolah tatap paras sudah kita lakukan, tetapi tetap ada pembatasan siswa santri dan tetap menerapkan Protokol Kesehatan (Prokes),” terperinci Ahmad Syauqi, putra pendiri Ponpes Nurul Huda.
Selama pandemi Covid-19 di Ponpes Nurul Huda, metode mencar ilmu mengajar kepada siswa santri memakai sistem pembelajaran ‘luring’ maupun ‘daring’.
“Untuk tahun kemarin di awal pandemi Covid-19, seluruhnya memakai sistem belajar daring. Karena semua santri dipulangkan,” sebutnya, Senin (19/4/2021).
Jumlah santri di Ponpes Nurul Huda sendiri 200 orang. Ke-200 santri ini, yang bertempat tinggal di ponpes. Jika dijumlah dengan santri dari luar, bisa meraih seribu santri, mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai SMA.
“Untuk sekolah masih tetap mengikuti aturan dari pemerintah. Yakni sistem luring bagi santri yang bermukim, dan daring untuk santri yang tidak berdomisili,” ucap dia.
Menurut Ahmad Syauqi, mencar ilmu di tengah pandemi Covid-19 ini sangat perlu dikerjakan, apalagi di pondok pesantren juga sudah mencoba. “Dan Alhamdulillah tidak ada duduk perkara,” tambahnya.
Sekolah di tengah pandemi Covid-19 ini sebaiknya memang murid dipertemukan dengan gurunya. Karena sudah satu tahun ini sudah cukup untuk sekolah memakai tata cara daring.
“Namun di segi lain, dengan tata cara mencar ilmu daring. Guru juga bisa kreatif, dimana guru dituntut lebih bisa berguru IT,” ungkapnya.
Sementara itu, sewaktu anak tidak mampu sekolah tatap muka selama satu tahun terakhir, orang renta mesti bisa mengukur bagaimana kepatuhan anak terhadap orang tua.
“Orang bau tanah bisa lebih peka kepada perilaku anak, sehingga kepekaan itu yaitu modal di tengah adanya pergeseran kondisi. Dimana sesungguhnya pendidikan yang paling utama yakni di keluarga,” pungkasnya.
Selain itu, pendidikan tatap paras untuk saat ini telah saatnya dilaksanakan oleh pemerintah. Baik di sekolah diluar pesantren maupun di pesantren sendiri.
Pada satu tahun lalu, saat semua dibatasi, guru sebagai pendidik. Sekolah dengan metode virtual, menuntut guru memperlihatkan pelajaran dengan video yang mempesona.
“Namun dalam hal ini ada yang dikorbankan yakni pelajar. Dan di ketika itu peran orang tua memiliki peran utama bagi anaknya semoga bisa menjaga aksara anak,” harapnya.