-->

Rancangan Seperti Produk Pabrikan, Sepeda Bambu Karya Laki-Laki Lamongan Ini Mencuri Perhatian

LAMONGAN, – Tren gowes atau bersepeda angin menjadi alternatif penduduk untuk menerapkan pola hidup sehat selama pandemi Covid-19.


Beragam jenis sepeda banyak ditemui, dari sepeda yang ‘jadul’ sampai produk terkini. Kebanyakan frame atau rangka sepeda yang banyak di jumpai terbuat dari besi, alumunium, karbon fiber dan paling mahal dari titanium. Demikian harganya juga beragam, dari yang ratusan ribu rupiah sampai ratusan juta.


Tapi, berapapun harga sepeda yang beredar di pasaran, dari material apapun yang diproduksi oleh pabrik, bagi Sujarwo itu biasa saja.


Bagi laki-laki Desa Mungli, Kecamatan Kalitengah, Kabupaten Lamongan, sepeda yang menarik adalah sepeda yang lahir dari kreatifitas, ‘nyeni’ bukan hasil industri. Iya, berbekal kreatifitasnya ia merancang sepeda sendiri dan kemudian bernilai ekonomi.


“Sepeda dari bambu ini saya beri nama Bamboobike Svargalhoka, meski dari bambu aku sudah menciptakan tipe sepeda gunung (MTB), Fixie dan Road Bike atau sepeda balap,” kata Sujarwo, Sabtu (21/11/2020).


Sujarwo berhasil merangkai sepeda balap dan gunung dengan mempergunakan bambu lanang atau bongkotan bekas yang telah tidak terpakai selaku berbahan baku itu, mulai dilirik dan dibanjiri pemesan, khususnya para pecinta sepeda unik.


“Kalau dilihat dari jauh memang terlihat mirip sepeda kebanyakan. Namun, ketika dilihat dari erat frame atau kerangka sepeda balap dan MTB yang dibuat dari bambu,” ungkap pria tamatan sekolah menengah atas tersebut.


gowes

Sujarwo saat berkreasi menciptakan sepeda bambu.


Lebih jauh, Sujarwo menuturkan bagai mana menciptakan sepeda bambu yang eksotis dewngan nilai jual tinggi tersebut. Pertama bongkotan atau bambu bekas diiris, lalu dirakit atau dirangkai secara manual sampai menjadi sepeda.


“Sebelum dirakit materi baku dijemur apalagi dahulu, lalu untuk merakit hingga finishing satu unit sepeda bambu membutuhkan waktu tujuh sampai 10 hari.” Tutur Sujarwo.


Proses yang paling rumit, kata Jarwo, yaitu memasang kabel rem. Pasalnya, kabel rem harus dimasukan ke dalam kerangka bambu.


Ide permulaan sepeda bambu tersebut terilhami ketika Sujarwo yang melihat pohon bambu yang banyak dijumpai disekitar desa, oleh masyarakat hanya diambil atasnya saja, bukan bongkotan.


“Sepeda bambu terinspirasi dari banyaknya lahan pohon bambu dan banyaknya bambu bekas proyek bangunan di desanya yang tidak terpakai.” Ungkapnya.


Secara belajar sendiri, Sujarwo yang juga hobi bersepeda tersebut, sukses menciptakan sepeda bambu dari menyaksikan YouTube. “Sepeda bambu tersebut dijamin besar lengan berkuasa dan tahan usang, pasalnya rangkanya terbuat dari bongkotan lanang dan bau tanah,” terangnya.


Untuk mempunyai sepeda sepeda bambu, Sujarwo mematok harga mulai Rp. 3 Juta sampai Rp. 10 Juta. Meski terbuat dari bambu bekas bongkotan, ketika digowes atau dikendarai rasanya nyaman tidak kalah dengan sepeda kebanyakan.


“Tak hanya memiliki nilai seni tapi juga tenteram dikala diayun. Makanya saya pesan satu unit sepeda bambu karya anak desa, dengan Harga 5 juta,” kata Sutrisno, pembeli sepeda bambu.


Setelah diunggah di media umum, sepeda bambu karya anak desa tersebut banyak yang melirik. Belakangan Sujarwo pun panen pesanan.


 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel