-->

Sikap Pwnu Jatim Terkait Persatuan Dukun Nusantara

SURABAYA, – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim menentukan menyikapi munculnya Persatuan Dukun Nusantara (Perdanu) Indonesia secara hati-hati.


Ketua PWNU Jatim KH Marzuqi Mustamar menyampaikan, belum mengenali secara pasti atau mirip apa gerakan Perdanu yang melibatkan dukun, kiai pesantren, gus dan para hebat ilmu spiritual tersebut. Namun dia meminta agar penduduk tetap manut dan percaya pada ulama.


“Perdanu, kami gak mampu komentar alasannya kami tidak tahu mereka kayak apa. Masyarakat yang awam tetap manut kepada ulama. Yang ulama ajar umat menurut Quran dan sunnah,” tegasnya, Sabtu (6/2/2021).


Menurutnya, istilah dukun di penduduk itu ada yang nabrak syara (aturan, ketentuan, atau aturan dalam Islam) dan ada yang tidak.


“Di masyarakat itu yang pinter mijeti bayi ya diarani (diberi nama) dukun, yang bantu ngelahirin bayi juga diarani dukun, mbah yai yang alim pinter ngobati dengan berdoa terhadap Allah juga diarani mbah dukun. Kemudian yang mbedek-mbedek (menebak-nebak) nasib orang, sekian tahun lagi akhir zaman, yang tukang nyilakani wong (nyelakai orang), nyantet yo diarani (ya dinamai) dukun,” jelasnya.


Ditambahkan, Kiai Marzuqi, bila perumpamaan dukun itu membantu kelahiran bayi, bidan, mijiti anak yang sakit, kiai alim yang nyembuhin orang dengan berdoa dan meminta kepada Allah tidak menabrak syara.


“Kemudian yang mbedek-mbedek (menebak-nebak) hari akhir zaman hari segini, sok kemeruh (sok tahu) yang dikatakan dukun. Itu yang kita gak boleh percaya,” tambahhya.


“Kata Nabi, siapa yang sowan terhadap yang mirip itu, lalu mempercayai omongannya dan dia percaya maka lalu beliau menjadi syirik, menjadi kafir. Kemudian dia yang nyantet dan semacamnya jelas itu diharamkan dalam Islam,” kata Kiai Marzuki menambahkan.


Untuk itu, Kiai Marzuqi kembali menegaskan semoga penduduk yang awam tetap manut terhadap ulama.


“Sebaliknya jikalau yang dukun nyantet, teluh, sihir, mbedek-mbedek (menebak-nebak), kemeruh (sok tahu) ya mohon masyarakat gak usah percaya seperti itu,” pungkasnya.


Sebelumnya, suatu organisasi baru bangun di Banyuwangi, Jawa Timur. Organisasi ini beranggotakan sejumlah dukun, kiai pesantren, gus dan para hebat ilmu spiritual.


Nama organisasinya Persatuan Dukun Nusantara (Perdanu) Indonesia. Ketua lazim Perdanu yakni seorang yang dikenal selaku kiai, namanya Kiai Abdul Fatah Hasan.


Menurut ia, organisasi ini nanti ialah wadah bagi para dukun atau ahli spiritual di nusantara untuk mengembangkan profesi yang selama ini diemban.


“Jadi Perdanu ini bangun untuk menunjukkan edukasi dan meluruskan apa yang menjadi masalah di penduduk khususnya wacana santet dan profesi dukun supaya tidak salah kaprah,” kata Gus Fatah, sapaan akrabnya, Kamis (04/02/2021)


Menurutnya Perdunu bukan kumpulan dukun untuk menyakiti orang lain, melainkan sebagai solusi di tengah penduduk untuk menolong masyarakat dalam menghadapi problem tak kasat mata.


“Untuk spesifikasi dukun ini kan banyak. Ada yang mengatasi pengobatan non medis, penglaris usaha, mencari hari baik (nogo dino) dan pengobatan lain sesuai dengan bidang keilmuan yang diemban,” ujar Gus Fatah yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al Huda, Blimbingsari Tegalsari.


Dalam waktu erat Perdanu akan mencanangkan banyak sekali program kegiatan yang hendak diimplementasikan untuk penduduk Banyuwangi.


“Kegiatan terdekat yang akan kita gelar di simpulan bulan Februari ini yakni pengobatan gratis non medis. Sedangkan di bulan Suro nanti, kami berniat akan menggelar Festival Santet. Tapi masih kita matangkan untuk desain dan spesifikasi festivalnya seperti apa. Ditunggu saja,” kata Gus Fatah.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel