Budidaya Burung: Tren Ujung Perkutut 2010 Masih Berkiblat Ke Bangkok
Muhammad Yosep alias Yusuf Klantan , dalam berbincangan telepon , menyampaikan , ia tengah bongkar pasang materi sangkar untuk mencetak anakan perkutut berujung panjang. Importir perkutut asal Kelantan Malaysia itu , memprediksi , tren bunyi perkutut 2010 bakal didominasi ujung panjang dengan volume besar , lingkaran dan kristal.
“Kalau tren bunyi angkatan dan tengah , saya kira tidak terlalu banyak pergeseran ,” ungkapnya , Senin (14/12). Padahal , lebih banyak didominasi peternak mengakui , tidak praktis mencetak ujung panjang. Kalau menjetak anakan perkutut dengan angkatan dan ketek bermutu , relatif mudah.
Importir perkutut yang sekarang berdomisili di Tulungagung itu pun lantas menjajal memformat materi indukan dari Bangkok Selatan dengan produk nasional. Sejauh ini , perkkutut impor asal Bangkok Selatan , dipahami bersuata besar dan berujung panjang. Sedangkan keunggulan produk setempat berada di bunyi angkatan , tengah dan irama.
Yang jadi pertanyaan , sepanjang apa ujung yang bakal jadi tren perkutut 2010? Teka-teki ini , diakui , sekarang menghantui peternak papan atas dalam negeri. Sebab , untuk mencetak perkkutut jawara beujung panjang , serupa “Aljazair”. perkutut jawara milik Tim Terminal Perkutut , Surabaya dan “Jamaica” milik Hendri S , Tasikmalaya , sulitnya bukan kepalang.
Dua perkutut yang bertengger di urutan atas LPI 2009 itupun , ternyata burung import , produk peternak Bangkok. Bukan produk dalam negeri. Maknanya , kongmania negeri tersayang ini , terbukti masih berkiblat ke negeri jiran.
Padahal , merunut muasal perkutut , orang dengan ringan bakal ngomong , habitat murni burung klangenan itu berasal dari Indonesia. Sejumlah sumber menyampaikan , hubungan bilateral Majapahit dengan Negeri Campa , memulai migrasi perkutut unggulan dari Tanah Jawa ke Thailand.
Sepakatlah , mustinya fenomena ini dijadikan contoh dasar inovasi sangkar peternak dalam negeri. Terus menerus berkiblat ke Bangkok , sama halnya mengesampingkan produk dalam negeri. Pertanyaan lanjut , hingga kapan , kongmania negeri tersayang gembira dengan produk mancanegara?
Terlepas dilemma itu , langkah yang ditangani Yusuf , boleh dikatakan langkah maju.Setidaknya , jikalau contoh dasarnya , terkonsentrasi pada menggali matari kelokalan untuk disempurnakan dengan materi manca negara. Lalu , sekali lagi , sepanjang apa ujung yang didambakan?
Sejumlah pakar perkutut di saat ditanya soal ini , dengan ringan menjawab , minimal sepanjang ujung “Aljazair” dan “Jamaica”. Pakar perkutut dari Surabaya , Lamidi , menengarai dengan tiga hingga empat tekukan jari tangan. Jika demikian itu yang terjadi , mempunyai arti tren ujung perkutut jawara 2010 bakal tembus empat hingga lima tekukan jari tangan.
Maknanya , kiblat tren ujung perkutut 2010 , masih belum bergeser dari Bangkok Selatan. Makna lain , terbukti peternak dalam negeri belum bisa mengembalikan simbol laki-laki sejati ini , ke negeri sendiri.(bersambung) andi casiyem sudin
“Kalau tren bunyi angkatan dan tengah , saya kira tidak terlalu banyak pergeseran ,” ungkapnya , Senin (14/12). Padahal , lebih banyak didominasi peternak mengakui , tidak praktis mencetak ujung panjang. Kalau menjetak anakan perkutut dengan angkatan dan ketek bermutu , relatif mudah.
Importir perkutut yang sekarang berdomisili di Tulungagung itu pun lantas menjajal memformat materi indukan dari Bangkok Selatan dengan produk nasional. Sejauh ini , perkkutut impor asal Bangkok Selatan , dipahami bersuata besar dan berujung panjang. Sedangkan keunggulan produk setempat berada di bunyi angkatan , tengah dan irama.
Yang jadi pertanyaan , sepanjang apa ujung yang bakal jadi tren perkutut 2010? Teka-teki ini , diakui , sekarang menghantui peternak papan atas dalam negeri. Sebab , untuk mencetak perkkutut jawara beujung panjang , serupa “Aljazair”. perkutut jawara milik Tim Terminal Perkutut , Surabaya dan “Jamaica” milik Hendri S , Tasikmalaya , sulitnya bukan kepalang.
Dua perkutut yang bertengger di urutan atas LPI 2009 itupun , ternyata burung import , produk peternak Bangkok. Bukan produk dalam negeri. Maknanya , kongmania negeri tersayang ini , terbukti masih berkiblat ke negeri jiran.
Padahal , merunut muasal perkutut , orang dengan ringan bakal ngomong , habitat murni burung klangenan itu berasal dari Indonesia. Sejumlah sumber menyampaikan , hubungan bilateral Majapahit dengan Negeri Campa , memulai migrasi perkutut unggulan dari Tanah Jawa ke Thailand.
Sepakatlah , mustinya fenomena ini dijadikan contoh dasar inovasi sangkar peternak dalam negeri. Terus menerus berkiblat ke Bangkok , sama halnya mengesampingkan produk dalam negeri. Pertanyaan lanjut , hingga kapan , kongmania negeri tersayang gembira dengan produk mancanegara?
Terlepas dilemma itu , langkah yang ditangani Yusuf , boleh dikatakan langkah maju.Setidaknya , jikalau contoh dasarnya , terkonsentrasi pada menggali matari kelokalan untuk disempurnakan dengan materi manca negara. Lalu , sekali lagi , sepanjang apa ujung yang didambakan?
Sejumlah pakar perkutut di saat ditanya soal ini , dengan ringan menjawab , minimal sepanjang ujung “Aljazair” dan “Jamaica”. Pakar perkutut dari Surabaya , Lamidi , menengarai dengan tiga hingga empat tekukan jari tangan. Jika demikian itu yang terjadi , mempunyai arti tren ujung perkutut jawara 2010 bakal tembus empat hingga lima tekukan jari tangan.
Maknanya , kiblat tren ujung perkutut 2010 , masih belum bergeser dari Bangkok Selatan. Makna lain , terbukti peternak dalam negeri belum bisa mengembalikan simbol laki-laki sejati ini , ke negeri sendiri.(bersambung) andi casiyem sudin