-->

Kisah Pilu Pemakaman Covid-19 Di Tulungagung, Dari Pungli Sampai Gunakan Jas Hujan

TULUNGAGUNG, – Pandemi Covid-19 hingga sekarang belum juga usai, bahkan penambahan masalah di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur terus terjadi angka maut bahkan meraih 36 orang.


Di tengah tingginya angka positif Covid-19 di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, timbul dongeng pilu pemakanan pasien corona di Tulungagung. Dari adanya tarikan ongkos operasional dari suatu utusan relawan, hingga petugas menggunakan APD berbentukjas hujan saat pemakaman.


Seorang modin (penanggungjawab pemulasaran mayat Desa) di suatu perumahan di Tulungagung, ZM menceritakan adanya penarikan ongkos sebesar Rp 2 juta kepada keluarga korban pasien Covid-19.


“Sempat ada utusan, pada kali ke dua perkara kematian di perumahan sini, meminta sejumlah biaya 2 juta dua ratus rupiah untuk membeli peralatan APD, dan biaya lainnya untuk operasional,” kata laki-laki berusia 58 tahun ini terhadap jurnalis , Kamis (14/1/2021).


Padahal, menurutnya keadaan keluarga korban tengah berduka dan mayit mesti segera dimakamkan.


“Di perumahan sini, ada 3 kasus, semuanya dikebumikan wargan sini sendiri dari relawan perumahan, alasannya memang tidak ada petugas dari Pemerintah. Kasus pertama bahkan pada seorang dokter, kedua dan ketiga seorang wakasek, semuanya kita kebumikan sendiri,” paparnya.


Pada peristiwa yang pertama relawan perumahan memakamkan mayat pasien kasatmata Coroan tanpa mengenakan APD. Barulah dari pengalaman tersebut karena kekurangan biaya, sesudah terpaksa pada kejadian yang ketiga memiliki gagasan memakai jas hujan, dan perlengkapan sederhana sebagai APD.


“Harga jas hujannya kira-kira satunya sekitar Rp 13 ribu, jadi kira-kira sekitar Rp 150 ribu untuk 10 orang yang melakukan pemakaman, dari 10 orang itu, punya tugas masing-masing. Usai melaksanakan proses pemakaman, kita langsung memebersihkan diri, bahkan ada yang sampai mandi di aliran sungai sebab takur pulang kerumah,” jelasnya.


Menurut ZM, atas beberapa kejadian tersebut, pihaknya pun tidak dapat berharap banyak kepada pemerintah. Namun sungguh prihatian dengan kondisi ketika ini. Ditambah dengan kasus kasatmata yang masih terjadi penambahan.


“Saat ini terkesan perhatian pemakamannya kurang merata, aku tidak tau di lokasi lainnya ya,” terangnya.


Sempat dalam peristiwa yang pertama, dia pun sebagai seorang modin sampai murka-marah melalui pengeras bunyi atas peristiwa tersebut. Pasalnya, proses pemakaman jenazah memang mesti segera dilakukan, namun tidak ada petugas dari pihak Satgas Covid-19 yang datang.


“Saya juga sempat murka-murka, padahal peristiwa tersebut ialah tenaga medis, tapi kenapa kok juga seperti ini, sampai saya murka-murka. Jenazah kan juga harus dikebumikan segera,” pungkas ZM.


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel