-->

Penemuan Dna Gres Di Gua Buddha Mampu Mengubah Sejarah Insan Permulaan Di Asia

SURABAYA, – Sebuah tim internasional memperoleh DNA yang mampu mengubah pemahaman kita ihwal spesies misterius insan purba, Denisovan.


Mereka telah mendapatkan DNA dari insan ini di suatu gua Buddha, Karst Baisiya, di dataran tinggi Tibet di Cina. Penemuan ini menambah pengetahuan para mahir wacana Denisovan misterius dan bagaimana mereka berinteraksi dengan manusia terbaru ketika mereka bermigrasi ke Asia.


Gua Karst Baisiya memiliki tinggi sekitar 10.400 kaki (3.200 m) di dataran tinggi Tibet yang terjal. Bagi biksu Budha lokal, gua tersebut ialah situs suci.


Bertahun-tahun yang kemudian, tulang rahang bawah (rahang bawah) misterius didapatkan di dalam gua dan baru-baru ini diperiksa ulang. Pada 2019 para peneliti merekomendasikan itu milik Denisovan, tetapi ini diperdebatkan.


Denisovans: Kerabat Manusia Modern


Dilansir Ancient Origins, sekitar 40.000 tahun yang kemudian, spesies insan purba ini hidup di seluruh Asia. Banyak orang Australia dan Asia modern mempunyai keturunan Denisovan. Hampir tidak ada sisa-sisa hominin yang ditemukan di luar Gua Denisova di Siberia, sesudah itu nama spesies tersebut dinamai.


Karena kelangkaan sisa-sisa, tulang rahang mampu memberikan pengetahuan berguna tentang spesies insan purba yang punah. Namun, satu-satunya bukti bahwa itu yaitu Denisovan ”berdasarkan posisi asam amino tunggal”, lapor Cosmos.


Arkeolog Dongju Zhang dari Universitas Lanzhou dan rekan-rekannya ingin menerangkan sekali dan untuk semua bahwa tulang rahang itu dari Denisovan dan mencari DNA yang akan dipakai selaku bukti konklusif.


Penggalian dalam Suhu Di Bawah Nol


Pada trend cuek 2018, mereka bekerja dengan tim internasional untuk mengusut gua tersebut secara intensif.


Penggalian ini sungguh menantang. Karena gua tersebut suci bagi umat Buddha lokal, tim cuma bisa melakukan pekerjaan pada malam hari biar tidak mengusik umat beriman di siang hari.


Mereka juga mesti menghapus semua jejak pekerjaan mereka sebelum pagi hari dan sering melakukan pekerjaan pada suhu serendah -18 ° C (-0,4 ° F).


Para mahir menggali jauh ke dalam tanah gua. Meskipun mereka tidak menemukan tulang hominin, mereka menemukan sesuatu yang lebih baik: jejak DNA mitokondria. Ini yakni inovasi yang sungguh penting.


Menurut Science, “Tim Zhang melaporkan DNA purba Denisovan pertama yang ditemukan di luar Gua Denisova: DNA mitokondria (mtDNA) yang dikumpulkan bukan dari fosil, namun dari sedimen gua itu sendiri.”


Ini adalah pertama kalinya bukti genetik untuk Denisovan didapatkan di luar Siberia. DNA diekstraksi dari sisa-sisa insan di lapisan atas tanah. Ini mungkin tertinggal di kotoran dan urin orang Denisovan.


Manusia Awal di Tibet


Bo Li dari Australian University of Wollongong mengatakan kepada Cosmos bahwa mereka sudah “mendeteksi fragmen manusia purba yang cocok dengan DNA mitokondria yang terkait dengan Denisovan dalam empat lapisan sedimen berlainan yang diendapkan.”


Sedimen yang DNA-nya telah berusia sekitar 100.000 dan 60.000 tahun yang kemudian dan mungkin ”gres-baru ini 45.000 tahun yang lalu, waktu ketika manusia terbaru bermigrasi ke bab timur Asia”, lapor News Click


Penemuan ini mengganti sejarah manusia purba di Asia. Para peneliti menulis di Science bahwa DNA “memperpanjang waktu pendudukan dataran tinggi Tibet oleh hominin.” Li dan rekan-rekannya dapat memilih tanggal penemuan dengan memakai penanggalan optik, yang bekerja dengan memberikan kapan mereka terpapar cahaya.


Dengan menunjukkan bahwa DNA dan tanggal dapat dikumpulkan dari sedimen, observasi terobosan ini membuka jalan bagi “abad gres pelestarian molekuler”, jelas Katerina Douka dari Max Planck Institute in Science.


Penemuan ini penting sebab ini yakni DNA pertama yang ditemukan di luar Gua Denisovan di Siberia. Digali sekitar 1200 km dari Siberia, penemuan di dalam tanah gua mengakhiri penelusuran panjang DNA Denisovan di luar Siberia. Mereka juga memperlihatkan bukti lebih lanjut bahwa Denisovan pernah tersebar luas di seluruh Asia.


Gen “Superathlete” Denisovan


Tapi DNA bukan semua yang mereka dapatkan. Tim juga mendapatkan beberapa artefak dan sisa-sisa lainnya di gua suci, serta banyak arang yang pertanda bahwa Denisovan memakai api.


Selain itu, para mahir mendapatkan lebih dari 1.300 alat yang belum tepat dan banyak tulang binatang, tergolong beberapa dari hyena dan warak, yang keduanya pernah berkeliaran di Tibet. Juga berspekulasi bahwa mereka menggunakan gua itu selaku tempat pengamatan untuk mencari mangsa di padang rumput di bawah.


Penemuan sisa-sisa Denisovan pada ketinggian seperti itu menawarkan bahwa spesies purba mampu menangani aneka macam lingkungan dan mereka sungguh gampang mengikuti keadaan. Kemampuan ini diwarisi oleh orang Tibet modern, memungkinkan mereka bertahan di salah satu lingkungan terberat di dunia.


Orang Tibet modern yang diwarisi dari “suatu varian ‘superathlete’ gen dari Denisovan, disebut EPAS1,” terang Science. Namun, itu cuma menyebar secara luas dalam 5.000 tahun terakhir dan mungkin memberikan bahwa manusia purba yang punah cuma hidup secara musiman di dalam gua.


Lebih banyak inovasi diharapkan dapat dikerjakan di situs Gua Karst Baishiya. Li memberitahu Cosmos bahwa “sasaran berikutnya ialah menghitung lebih banyak sampel dari gua dan menjajal menjawab dikala Denisovan mulai menempati gua dan dikala mereka ‘menghilang’ dari gua.”


Ini bisa menjadi penting dalam mengerti interaksi manusia terbaru dengan hominin purba dan bahkan mungkin memecahkan misteri kepunahan mereka.


 


Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel