Perdalam Edukasi Seks, Santri Ponpes Sabilul Muttaqin Mojokerto Ngaji Qurrotul Uyun Selama Ramadan
MOJOKERTO, – Pondok Pesantren (Ponpes) Sabilul Muttaqin, di Jalan raya Wachid Hasyim, Metikan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto Kampung Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, merupakan salah satu pusat pendidikan agama Islam besutan pendiri Ansoru Nahdlatoel Oelama (ANO) Gerakan Pemuda atau yang sekarang berjulukan Ansor Nahdlatul Ulama Mojokerto, Almarhum KH Achyat Chalim.
Kiai yang sering dipanggil Abah Yat itu juga ialah ulama kharismatik pendiri Laskar Hizbullah, yang disiapkan untuk menghadapi sekutu yang hendak kembali menjajah tanah air Indonesia.
Abah Yat tidak anak. Penerus perjuangannya adalah anak angkatnya, Nyai Muslimah, yang menikah denga KH Muthohharun Afif. Saat ini, para santri di pesantren warisan Abah Yat dibimbing oleh KH Muthoharun Afif.
Bulan suci bulan mulia mirip sekarang , santri di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin digembleng untuk memajukan mutu ibadah dan pengetahuan keagamaannya dengan mengaji.
Pengasuh Ponpes Sabilul Muttaqin, KH Muhthoharun Afif mengatakan, santri selama bulan pahala tetap melaksanakan aktivitas pendidikan lazim dan pendidikan agama.
bulan rahmat menjadi momen penting bagi santri di pesantren untuk memperbanyak kajian kitab-kitab klasik karya para ulama. Jadwal pengajian berderet semenjak dari sesudah sahur sampai dini hari kembali. Tentu saja kepesertaan kajian menyesuaikan dengan jenjang pendidikan dan umur santri.
Salah satu kitab yang menjadi favorit para santri akil balig cukup akal di pesantren Sabilul Muttaqin selama kajian bulan mulia yaitu kitab Qurrotul Uyun. Kitab anggitan Syekh Muhammad Altahami bin Madani itu isinya adalah edukasi seks. Tata krama menjadi pengantin semenjak persuntingan, malam pertama dan mempertahankan keselarasan keluarga.
Tentu saja tidak hanya kitab Qurrotul Uyun, masih banyak kitab-kitab lain yang juga menjadi favorit para santri. Pilihan dan kefavoritan itu sesuai usia dan tingkat keilmuan agama yang dimiliki santri. Kitab Qurrotul Uyun biasa disenangi oleh santri cukup umur.
Menurut Kiai Muhthoharun Afif, selama bulan puasa, ada beberapa aksesori kegiatan bagi para santri, mirip talaqqi dan tadarrus Al-Qur’an diperbanyak, buka puasa dan salat tarawih berjemaah.
“Aktivitas santri selama bulan suci Ramadan dimulai sejak bangun sahur hingga acara salat tarawih berjemaah dan tadarus Al-Qur’an serta mereka mengaji kitab kuning. Banyak kitabnya, yang paling favorit kitab Qurratul Uyun,” katanya, Selasa (26/4/2021).
Selain itu, menurut Kiai Muhthoharun, sejak kala Abah Yat para santri sudah dibiasakan dengan kegiatan-acara wirid, baik sesudah salat atau di luar sala.
“Kalau setelah berjemaah Magrib para santri dihentikan beranjak dari Masjid, langsung melaksanakan wiridan sampai datang waktu Salat Isya kemudian salat berjemaah,” tuturnya.
Kiai Muhthoharun menyertakan, sentra kegiatan santri tidak hanya berada di asrama, maupun ruang lingkungan kelas. Tetapi juga dilakukan di masjid. Konsepnya metode bandongan atau menyimak klarifikasi kiai dan memaknai kitab kuning.
Di masjid tersebut, tidak kurang dari 300 santri putra dan putri duduk bersila dengan menjinjing kitab di tangan. Berbekal pena khusus, mereka konsentrasi memaknai satu per satu kata arab yang didiktekan oleh kiai. Sesekali mereka juga mencatat penjelasan yang diberikan oleh kiai.
“Ya ada beberapa dari luar kota, mirip dari Gresik, Jombang, Lamongan. Yang banyak ya dari Mojokerto sendiri,” ungkapnya.
Tidak jauh dari Ponpes Sabilul Muttaqin, bangun suatu SMP Islam (SMPI) Brawaijaya yang menjadi kawasan para santri menempuh pendidikan formalnya. Sekolah itu pun didirikan oleh Kiai Ahyat Chalimi.
Kiai Ahyat Chalimi dimakamkan hampir melekat dengan pondok pesantren yang ia dirikan. Makan yang terbuka selama 24 jam sarat itu cuma berjarak 50 meter dari pesantren.